Minum Air Kencing Kuda hingga Gunakan Kotoran Sapi Demi Dapat Keturunan, Wanita Paling Berkuasa di Prancis Abad ke-16 Ini Tak Ingin Dianggap 'Penyihir', Tapi Malah Dikenal sebagai Ratu Kejam

Khaerunisa

Penulis

Catherine de Medici

Intisari-Online.com - Catherine de Medici adalah salah satu wanita paling berkuasa di Prancis abad ke-16.

Ia memerintah istana kerajaan Prancis selama 17 tahun dalam berbagai tingkat pengaruh dan kekuatan.

Catherine mendukung 3 putranya sebagai Raja Prancis melalui beberapa gejolak agama paling kejam di negara itu.

Begitu luas pengaruhnya selama periode tersebut sehingga dia sering dijuluki "the age of Catherine de’ Medici", dan dia telah menjadi salah satu wanita paling terkenal dalam sejarah.

Menjadi ibu dari 3 orang Raja, Catherine sempat menghadapi kesulitan untuk mendapatkan keturunan.

Bahkan, demi mendapatkan keturunan, ia melakukan berbagai cara, termasuk meminum air kencing kuda hingga menggunakan kotoran sapi.

Melansir historyhit.com, Catherine lahir pada 13 April 1519 dari pasangan Lorenzo de' Medici dan istrinya Madeleine de La Tour d'Auvergne.

Keluarga Medicis adalah keluarga bankir kuat yang memerintah Florence, mengubahnya menjadi kota Renaissance yang megah di abad-abad sebelumnya.

Baca Juga: Ramadhan Berapa Hari Lagi, Ini Jadwal Puasa Ramadhan 2022 Beserta Niat dan Syarat Wajib Berpuasa

Baca Juga: Perang Rusia-Ukraina Jadi Konflik Proksi NATO dan Rusia, Tapi Mengapa AS Batalkan Pertukaran Jet Tempur MiG 29 Polandia dengan F-16s yang Hendak Disumbangkan ke Ukraina?

Namun, dalam waktu satu bulan setelah kelahirannya, Catherine mendapati dirinya yatim piatu ketika ibunya meninggal karena wabah dan ayahnya sifilis.

Dia kemudian dirawat oleh neneknya dan kemudian bibinya di Florence.

Pada usia 14 tahun ia menikah dengan Pangeran Henry, putra kedua Raja Francis I dan Ratu Claude.

Pada tahun 1536, nasibnya sekali lagi membaik ketika kakak Henry, Francis, meninggal karena diduga diracun. Ini membuat Catherine maju dalam antrean untuk menjadi Ratu Prancis.

Jalan Catherine untuk menjadi Ratu Prancis tampaknya mulus, tetapi tidak dengan upayanya memiliki keturunan.

Hal itu pula yang disebut membuat pernikahannya tidak bahagia.

Selama 10 tahun, hubungan Catherine dan henry tidak menghasilkan anak, bahkan membuat diskusi tentang perceraian muncul di antara mereka.

Maka, dalam keputusasaan Catherine mencoba setiap trik dalam buku untuk meningkatkan kesuburannya, termasuk meminum air kencing bagal (keturunan silang kuda betina dan keledai jantan) dan menempatkan kotoran sapi dan tanduk rusa di "sumber kehidupannya".

Segala cara dilakukan untuk melepaskan diri dari tuduhan bahwa ia merupakan penyihir.

Baca Juga: Usai 'Ketahuan' Membantu Ukraina di Balik Layar, PM Israel Dikabarkan Desak Zelensky Menyerah Saja kepada Putin dan Menerima Tawaran yang Diberikan

Dengan ketidaksuburan yang dialami Catherine, banyak yang mulai mencurigai Catherine sebagai penyihir.

Secara tradisional, wanita berbudi luhur memiliki kekuatan untuk menciptakan kehidupan, sedangkan penyihir hanya tahu cara menghancurkannya.

Upaya Catherine membuahkan hasil. Pada 19 Januari 1544 dia melahirkan seorang putra bernama Francis, bahkan segera setelah itu 9 anak lagi menyusul.

Pernikahannya selamat dan dia pun tidak dicurigai sebagai 'penyihir', tetapi ia kemudian dikenal sebagai ratu paling kejam.

Pada tanggal 31 Maret 1547, Raja Francis I meninggal dan Henry dan Catherine menjadi Raja dan Ratu Prancis.

Henry menjadi Raja Henry II dan memerintah hingga kematiannya pada tahun 1559. Henry meninggal setelah menderita luka mematikan dalam pertarungan melawan Comte de Montgomery muda, di mana tombak menembus helmnya dan masuk ke matanya.

Setelah kematian Henry, anak-anaknya bersama Catherine pun menggantikannya.

Pertama adalah Fransiskus II, yang menjadi raja kurang dari setahun sebelum akhirnya meninggal.

Kematian Fransiskus II membuat Charles IX menjadi raja pada usia 10 tahun. Tetapi seperti saudaranya, Charles IX juga meninggal muda pada usia 23 tahun. Selanjutnya, tahta dipindahkan ke adiknya Henry III.

Baca Juga: Sisi Buruk Aurangzeb yang Ciptakan 'Zaman Keemasan' Peradaban India, Dengan Kejam Eksekusi Semua Saudaranya hingga Memenjarakan Ayahnya Sendiri Bertahun-tahun

Sepanjang setiap pemerintahan putranya, Catherine memainkan peran besar dalam pemerintahan, dari bertindak sebagai Bupati Ratu untuk Francis dan Charles hingga menjadi diplomat keliling di bawah Henry.

Sementara itu, dalam upaya untuk mendamaikan Prancis dengan tetangga Protestannya, ia mencoba untuk menikahkan 2 putranya dengan Elizabeth I dari Inggris.

Selain itu, ia berhasil mengawinkan putrinya Margaret dengan pemimpin Protestan Henry dari Navarra.

Salah satu kekejaman Ratu Catherine de Medici yang paling terkenal adalah kekejamannya terhadap Margaret, putrinya sendiri.

Ratu paling kejam itu tak segan untuk mengurung putrinya di kastil dan dalam satu kejadian memerintahkan untuk membunuh kekasih Margaret di depan matanya.

Putranya, Raja Henry III, juga menganggap itu kejam. Dia menyuruhnya dieksekusi, tetapi tidak di depan saudara perempuannya.

Catherine juga disalahkan secara tradisional telah disalahkan atas peristiwa Pembantaian Hari St. Bartholomew di Paris pada tanggal 23-24 Agustus 1572.

Pembantaian Hari St.Bartholomew adalah gelombang kekerasan massa yang ditujukan terhadap minoritas Protestan Prancis (Huguenot) oleh mayoritas Katolik. Pembantaian ini menewaskan lebih dari 10.000 orang selama dua bulan.

Catherine de Medici meninggal pada tanggal 5 Januari 1589 pada usia 69 tahun, di dekat Saint Germaine.

Baca Juga: Padahal Negaranya Gudang Senjata Militer, Rusia Kepergok Minta Bantuan Senjata ke China untuk Perang dengan Ukraina, Ini Hukuman yang Menanti China Jika Terbukti

(*)

Artikel Terkait