Rusia adalah "tetangga raksasa, bersenjata nuklir, dan kaya sumber daya" yang tidak akan diambil risikonya oleh China, kata Ghiasy.
Posisi sulit China diperparah oleh nasib 6.000 warganya di Ukraina, yang sekarang secara bertahap dievakuasi melalui jalan darat dan kereta api ke negara-negara tetangga bersama dengan pengungsi lainnya.
Lebih dari belasan negara mendesak warganya untuk meninggalkan Ukraina pada pertengahan Februari, tetapi China menahan diri untuk tidak melakukan hal yang sama.
Melansir Express.co.uk, Sabtu (5/3/2022), hingga saat ini, Beijing memilih angkat tangan dalam perang antara Rusia-Ukraina.
Menekankan status netralnya dalam konflik, China telah abstain dari dua suara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang agresi Rusia, daripada bergabung dengan upaya Kremlin untuk memblokir mereka.
Yang terbaru dari pemungutan suara ini terjadi Rabu lalu di mana 141 dari 193 negara anggota memilih untuk menuntut penarikan segera Rusia dari Ukraina.
Meskipun tidak ikut serta dalam pemungutan suara, duta besar China untuk PBB Zhang Jun memberikan komentar yang dapat membuat marah para pejabat senior di Moskow.
Zhang menyerukan pemberian penghormatan kepada kedaulatan dan integritas Ukraina.
Dia berkata: "Ukraina harus menjadi jembatan antara Timur dan Barat, bukan pos terdepan konfrontasi antara kekuatan besar."
(*)