Find Us On Social Media :

Eropa Siaga Bangun Kekuatan Militer, Tapi Ternyata Kunci Perdamaian Benua Biru dan Dunia Terletak di Indo-Pasifik, Militer Asia Tenggara Termasuk Indonesia Jadi Penentu

By May N, Sabtu, 5 Maret 2022 | 12:45 WIB

Tentara Angkatan Laut Indonesia menghadang kapal China 'Hua Li-8' di Belawan, Sumatera Utara, tahun 2016. Indonesia bersiap mengikuti pergerakan China dibantu negara tetangga ini. Eropa pun memberikan dukungan

Kini muncul debat apakah transformasi keamanan ini hanya menunjukkan keinginan Eropa melindungi diri sendiri di pekarangannya sendiri, atau alih-alih mereka bisa memainkan peranan lebih dalam hubungan keamanan di seluruh dunia, termasuk Indo-Pasifik.

Negara-negara Eropa dan Uni Eropa sendiri biasanya tidak dianggap pemeran penting dalam konflik Indo-Pasifik, di mana AS dan China terkunci dalam sebuah kontes untuk pengaruh dan supremasi.

Hanya 0.8% responden beranggapan UE memiliki pengaruh politik dan strategi di Asia Tenggara, menurut survei State of Southeast Asia yang baru dirilis oleh ISEAS-Yusof Ishak Institute Singapura.

Uni Eropa kehilangan beberapa kekuatan militer setelah Inggris, salah satu dari dua pemain keamanan kunci Eropa, bersama Perancis, meninggalkan blok itu.

Baca Juga: Invasi Rusia-Ukraina Makin Berbahaya, Uni Eropa Diklaim Terlalu Lemah Melawan Vladimir Putin, Inggris dan Negara Barat Lainnya Harus Lakukan Ini Agar Perang Dunia 3 Tidak Terjadi

Baca Juga: Tak Sekedar Karena Konflik Dengan Barat, Media Inggris Ini Malah Ketar-Ketir Rusia Gunakan Senjata Nuklir Gara-Gara Kondisi Kesehatan Vladimir Putin Ini

Hal ini kemudian diperparah tahun 2021 lalu ketika Washington meninggalkan Perancis untuk mengamankan kesepakatan pertahanan dan kapal selam nuklir dengan Australia dan Inggris lewat kesepakatan AUKUS.

Padahal, Perancis adalah sekutu paling tua AS.

Namun, Jerman, Perancis dan Belanda kini telah mempublikasi laporan strategi Indo-Pasifik mereka sendiri, sementara Uni Eropa meluncurkan kebijakan mereka sendiri akhir September lalu.

Februari lalu, fregat Angkatan Laut Jerman, Bayern, pulang setelah dikirimkan ke Indo-Pasifik untuk berlayar selama enam bulan, di mana kapal itu terlibat dalam kebebasan latihan navigasi di Laut China Selatan.

Perancis dan Inggris juga telah meningkatkan aktivitas keamanan mereka di Indo-Pasifik.

Krisis Ukraina telah menunjukkan bahwa Inggris walaupun sudah keluar dari Uni Eropa, masih dapat bekerjasama secara militer dengan negara anggota Uni Eropa.