Find Us On Social Media :

Invasinya ke Ukraina Banyak dapat Dukungan Warga Indonesia, Benarkah Rusia Kini Bukan Lagi Negara Komunis?

By Muflika Nur Fuaddah, Minggu, 27 Februari 2022 | 18:52 WIB

Tentara mengibarkan bendera Soviet komunis di atas Reichstag, Berlin 1945

Intisari-Online.comRusia resmi menginvasi negara tetangganya Ukraina.

Pengumuman operasi militer itu disampaikan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin yang disiarkan secara langsung melalui siaran televisi pada Kamis (24/2/2022).

Invasi Rusia dimulai di wilayah Donbas, Ukraina bagian timur.

Serangan Rusia terus meluas ke beberapa wilayah Ukraina lainnya, termasuk di wilayah Ibu Kota Ukraina, Kiev.

Bereaksi terhadap langkah Rusia, para pemimpin dunia ramai-ramai mengecam Vladimir Putin atas langkah Rusia invasi Ukraina.

Sementara itu Indonesia memilih sikap tak berpihak dengan Presiden Jokowi yang membuat cuitan di akun Twitter resminya.

Meski begitu, banyak warga Indonesia yang mendukung invasi Rusia ke Ukraina itu lantaran beberapa hal.

Salah satunya karena Rusia menentang penyerangan Palestina oleh Israel bahkan mendukung kemerdekannya.

Baca Juga: Warganya Bisa Berhenti Masak, Negara Ini Diprediksi Bakal Jauh Lebih Sengsara dari Indonesia Jika Harga Minyak Goreng Melesat Usai Rusia Serang Ukraina, Ini Pemicunya!

 Baca Juga: Pertahanannya Kini Bak Kaleng Kerupuk, Siapa Sangka Ukraina Nyaris Borong Iron Dome, Gagal Gara-gara Israel Takut Rusia Lakukan Ini di Perbatasannya

Melihat fenomena ini, memangnya benarkah Rusia bukan lagi negara komunis?

Melansir en.as.com, pemerintahan Putin bukanlah komunis atau bahkan sosialis. 

Partainya, Rusia Bersatu, mendominasi badan legislatif dan eksekutif pemerintahan, yang memberi kebebasan efektif untuk menjalankan negara.

Pemerintahan Putin merupakan sayap kanan dan reaksioner.

Sisa-sisa masa lalu soviet Rusia ada dalam bentuk komunis Rusia, tapi sedikit pendukungnya.

Komunisme masih populer di Rusia terlepas dari banyak tindakan mengerikan di bawah rezim Stalin, dia adalah pemimpin Rusia yang mengalahkan Nazi sendirian dalam Perang Dunia Kedua.

Sejak jatuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, tingkat populasi di Rusia terus menurun.

Tingkat kemiskinan juga meningkat secara konsisten sejak tahun 2014.

Baca Juga: Beri Peringatan Keras Agar Indonesia Tak 'Cari Perkara' dalam Konflik Ukraina-Rusia, Pakar Hukum Internasional Bocorkan 'Dalih' yang Bisa Jadi Bumerang

 Baca Juga: Skenario Perang Dunia III Makin Lengkap, Usai Rusia Invasi Ukraina dan China 'Pepet' Taiwan, Negara Ini Tiba-tiba Perkeruh Suasana, Luncurkan Ancaman Baru

Kondisi ini membangkitkan rasa tidak puas yang mewujud dalam  dukungan baru bagi komunis dalam pemilihan terakhir pada September 2021.

Seberapa Kuat Kekuatan Partai Komunis di Rusia?

Partai Komunis Federasi Rusia (CPRF), penerus Partai Komunis Uni Soviet, memenangkan 57 dari 450 kursi di Duma Negara.

Ini adalah partai terbesar kedua di majelis rendah parlemen, di belakang partai Rusia Bersatu pimpinan Presiden Putin.

Meskipun menjadi oposisi utama, mereka tidak memiliki kekuatan dan sangat mendukung invasi Rusia saat ini. 

Rusia adalah negara yang sangat otoriter, dan tidak ada partai kecil (termasuk komunis) di Duma Negara yang memiliki kekuatan.

Baca Juga: Rusia-Ukraina Makin Panas, Kim Jong-Un Cari Kesempatan? Korsel dan Jepang Deteksi Korea Utara Lakukan Aktivitas Ini hingga Peringatkan Kapal-kapal Menjauh

Baca Juga: China Kembali Beri Dukungan untuk Rusia Ketika Negara Itu Dikecam Seluruh Dunia Atas Aksi Serangan ke Ukraina, Tapi Ada Batas dalam Dukungan Beijing ke Moskow, Ini Dia

(*)