Balas Dendam Istrinya Dibunuh, Raja Pedro I Gali Jasad Istrinya dan Paksa para Bangsawan Membungkuk serta Cium Tangan Istrinya saat Penobatan

Tatik Ariyani

Penulis

Pembunuhan Ines de Castro. Lukisan oleh Columbano Bordalo Pinheiro, ca. 1901/04

Intisari-Online.com- Ines de Castro adalah putri Pedro Fernandes de Castro, cucu tidak sah Raja Sancho IV dari Kastilia.

Saat itu, Spanyol dan Portugal sering berselisih dan banyak perselisihan diselesaikan dengan cara menikah dengan aristokrasi satu sama lain.

Ines pergi ke Portugal sekitar tahun 1340 bersama sepupunya Constanza.

Tak lama kemudian, Constanza menikah dengan putra tertua Raja Afonso IV yang bernama Pedro.

Pedro muda tidak mencintai Constanza meskipun dia menikah dengannya.

Melansir The Vintage News, Pedro justru jatuh cinta dengan Ines de Castro yang sedang menunggu istrinya.

Ines adalah sosok wanita muda yang sangat elegan dan cantik. Kulitnya begitu putih dan matanya biru cerah.

Pedro jatuh cinta dengan begitu mendalam pada Ines tetapi ayahnya, Raja Afonso IV, mati-matian menentang hubungan itu.

Baca Juga: Tega Eksekusi Kasimnya Perlahan-lahan hingga 3 Hari, Begini Kisah Hidup Kaisar Zhengde Raja 'Gila' dari Kerajaan China

Baca Juga: Dicap Sebagai Raja Jiplakan, Pantas Saja Amerika Kini Langsung Koar-Koar , Rupanya Selama Ini Amerika Sudah Rugi Sebanyak Ini Gara-Gara Barang Bajakan dari China

Untuk itu, Ines diasingkan di kastil Albuquerque. Ines tetap di sana sampai 1345 ketika Constanza meninggal saat melahirkan.

Setelah Constanza meninggal, Pedro bisa menikahi Ines dengan bebas. Meski ayahnya menyarankan putri-putri lain ke Pedro, tetapi dia menolak setiap tawaran.

Ines kembali ke istana dan keduanya menjadi lebih dekat dari sebelumnya.

Mereka kemudian memiliki empat anak yakni Afonso, Beatriz, Joao, dan Dinis.

Raja Afonso yakin bahwa pernikahan mereka akan mengancam hubungan antara Portugal dan Castille, dan bahwa perang akan meletus antara kedua kerajaan.

Tiga bangsawan menyarankan pada Afonso untuk membunuh Ines untuk mencegah kemungkinan perang di masa depan.

Pada 7 Januari 1355, ketika Dom Pedro jauh dari rumahnya, Afonso mengirim tiga orang untuk membunuh Ines.

Saat itu, mereka menemukan Ines bersama salah satu anaknya dan membunuhnya di depan anaknya sendiri.

Baca Juga: Terlihat Ganas Sampai Kerahkan 220.000 Tentara Untuk Hancurkan Ukraina, Siapa SangkaAslinyaTentara RusiaSedang Alami Kondisi Buruk,Terpaksa Lakukan Hal Ini Untuk Bertahan Hidup

Baca Juga: Ancaman Perang di Timur Eropa Makin Nyata, Rusia Tiba-tiba Mengakui Kemerdekaan Wilayah Negara Ukraina Ini, Terkuak Agar Bisa Mudah Akses Jalur Serangan

Ketika Don Pedro kembali dan mengetahui ayahnya berada di belakang kematian Ines, dia sangat marah sehingga dia menyatakan perang melawan Raja.

Hal itu kemudian membawa Portugal ke dalam perang saudara.

Raja Afonso IV wafat pada tahun 1357 dan Pedro naik ke tahta Portugal.

Setelah naik takhta, perintah pertamanya adalah menemukan dan membawakan kepadanya pembunuh Ines de Castro dan membuat sarkofagus marmer putih salju yang sangat indah.

Dia mengeksekusi pembunuh Ines dengan merobek hati mereka, satu dari dada dan yang lainnya dari belakang saat mereka masih hidup.

Pedrokemudian menggali jasad Ines dari kuburannya di gereja Santa Clara dan mendudukannya di atas takhta.

Dia juga memaksa para bangsawan, pendeta, dan para petani untuk membungkuk di depan ratu yang sudah mati dan mencium tangannya.

Pedro terkenal karena menerapkan keadilan dengan cara yang paling brutal, sering melakukan eksekusi sendiri daripada pergi ke pelayan.

Baca Juga: KisahWu Zetian, Pelayan Rendahan yangJadi Satu-satunyaKaisar Wanita Pertama China,Berulang Kali Bunuh Anaknya Demi Kekuasaan, Intip Sederet Dosa Masa Lalunya

Baca Juga: Gila-gilaan Borong Jet Tempur Rafale dari Prancis, Pengamat Justru Sebut Era Jet Tempur Sudah Makin Ketinggalan Zaman, untuk Urusan Udara Akan Digantikan dengan Senjata Ini

Artikel Terkait