Orang Jerman Ini Nekat Sebrangi Lautan dari Jerman Hingga Australia Cuma Bermodalkan Kayak, Begitu Melintasi Indonesia Justru Mendapat 'Malapetaka' Ini

Afif Khoirul M

Penulis

Oskar Speck melakukan perjalanan dari Jerman ke Australia dengan Kayak.

Intisari-online.com - Oskar Speck lahir pada tahun 1907 di Ulm, dekat Hamburg, Jerman.

Setelah lulus, ia memulai bisnis sebagai kontraktor listrik, mempekerjakan 21 orang.

Sejak akhir 1920-an, ia juga dikenal di Jerman sebagai pemain kayak yang antusias.

Pada tahun 1932, bisnisnya runtuh karena Depresi Hebat dan, seperti jutaan orang Jerman lainnya, Speck menemukan hidupnya di persimpangan jalan.

Setelah mengetahui bahwa dia mungkin dapat menemukan pekerjaan di tambang tembaga Siprus, Speck membuat sebuah rencana.

Idenya adalah menggunakan kontak kayak dengan Pionier Faltboot Company, sebuah perusahaan yang mengkhususkan diri dalam pembuatan kayak.

Lalu membujuk mereka untuk mensponsori perjalanan kayak ke Siprus.

Dia akan melaporkan ke berbagai media, membuat pemasaran merek yang baik untuk perusahaan itu, alhasil Pionier menerima tawarannya.

Baca Juga: Kisah Mata-Mata Jerman, Berkunjung ke Indonesia Malah Kepincut Pesona PSK Indonesia, Sampai Nekat Selewengkan Uang Dinas Demi Foya-Foya, Endingnya Malah Terjerat Skandal

Baca Juga: Suasana Eropa Makin Mencekam, Tentara AS Tiba di Dekat Ukraina, Siap Bergabung dengan NATO untuk Hadapi Ancaman Invasi Rusia

Pada Mei 1932, ia menjual barang-barangnya dan berangkat dari Hamburg dengan kayak Sunnschien (sinar matahari) lalu dua tempat duduk yang dapat dilipat.

Kayak itu sudah dimodifikasi untuk sekali pakai dan ruang penyimpanan, kamera, pakaian, pistol, dokumen, bagan layar, dan kompas.

Dia mendayung menyusuri sungai Danube, menuju Mediterania.

Sudah di Bulgaria, semangat petualangnya mulai liar. Danube tampak terlalu jinak baginya.

Sedikit yang dia tahu bahwa dengan mengikuti perasaannya akan menjadi awal yang sebenarnya dari petualangan tujuh tahun.

Jadi setelah merusak sebagian kayak-nya di sungai Vardar di Bulgaria, dia akhirnya mencapai Makedonia.

Di sana dia harus menunggu beberapa bulan untuk memperbaiki kayak-nya.

Pada tahun 1933 ia mencapai Thessaloniki dan akhirnyamenatap ke laut.

Baca Juga: Pantas Dijuluki Diktator Paling Bengis yang Pernah Ada, RupanyaAdolf Hitler Punya Rencana Gila Untuk Rusia,Tak Segan-segan Bunuh Semua Penghuninya dan Menggantinya denganHal Ini

Baca Juga: Disebut-sebut Lebih 'Jahat' dari Nazi Jerman, Tentara Jepang selama PD II Menyiksa dengan Membekukan Tangan dan Menuangkan Air Panas Berulang-ulang dan Lakukan Ini pada 80.000 Warga China

Saat mengayuh dari pulau ke pulau, dia menyadari bahwa dia tidak lagi menginginkan pekerjaan pertambangan.

Dia dengan cepat mendapatkan popularitas, dan ke mana pun dia pergi, dia disambut dengan keramahan paling baik yang bisa dia harapkan.

Dia bisa mendayung di mana saja dia mau. Bahkan berencana sampai Australia? Itu akan menjadi cerita yang luar biasa!

Setelah mencapai Siprus ia melanjutkan ke Mesir, bertekad untuk menaklukkan Efrat.

Di Teluk Persia, kayak-nya rusak dan sambil menunggu penggantinya dia terjangkit malaria.

Penyakit itu mengikutinya selama sisa perjalanannya.

Pada tahun 1935, ia sudah sangat populer di Jerman, tetapi ternyata, popularitasnya melaju lebih cepat darinya.

Sebelum mencapai India, ia menjadi terkenal sebagai pemain kayak yang paling berpengalaman di dunia.

Baca Juga: Kisah Memilukan di Balik Penemuan 3 Liontin 'Jimat' Yahudi yang Mengungkap 'Doa dan Iman' Berusia Ribuan Tahun di Kamp Konsentrasi Nazi

Baca Juga: Kisah Marina Raskova, Wanita Soviet Pertama yang Jadi Navigator Udara Profesional, Pemilik Gagasan Skuadron ‘Penyihir Malam’ Selama Perang Dunia 2 yang Sangat Ditakuti Jerman

Tapi begitu sampai di Indonesia ia diculik dan diserang oleh sekelompok penduduk setempat, tetapi ia berhasil melarikan diri hanya dengan gendang telinga yang berlubang.

Pada tahun 1938, ia melanjutkan perjalanannya dengan perahu baru dan mendayung ke Nugini Belanda.

Dari sana ia melanjutkan ke Saibai, pulau paling utara Australia.

Saat itu tahun 1939, tiga minggu setelah perang diumumkan di Eropa.

Di pantai pulau, Speck bertemu dengan dua petugas polisi yang memberi tahu dia bahwa dia akan dipenjara sebagai musuh.

Speck diduga menuntut untuk diinternir dengan 'rekan Sosialis Nasionalnya'.

Akhirnya, dia ditempatkan di kamp interniran di Victoria, di mana dia gagal untuk melarikan diri.

Dia tetap dipenjara sampai akhir Perang Dunia II.

Pada akhirnya, perjalanannya yang panjangnya 30.000 mil tidak berjalan seperti yang dia harapkan. Dunia pascaperang tidak begitu antusias dengan pencapaiannya.

Artikel Terkait