Penulis
Intisari-online.com - Kabar soal rencana serangan Rusia ke Ukraina memang selalu kencang terdengar hingga saat ini.
Kabar tersebut telah menyebar sejak akhir tahun lalu, di mana hubungan keduanya terus memburuk.
Rusia juga terus menambah pasuknnya ke perbatasan Rusia-Ukraina, meningkatkan spekulasi keduanya akan segera berperang.
Meski hingga saat ini belum ada intervensi resmi dilakukan, namun kabar tersebut terus kencang diberitakan.
Semua informasi tersebut diperoleh dari media Barat, bahwa Rusia tak lama lagi akan segera melakukan serangan.
Sementara itu, "Berita palsu" dari media Barat tentang serangan Rusia yang akan segera terjadi telah merugikan ekonomi Ukraina.
Setidaknya 12 miliar dollar AS, klaim seorang politisi Ukraina.
Viktor Medvedchuk, pemimpin Platform Oposisi Ukraina, For Life, mengatakan bahwa sementara Ukraina menderita banyak kerusakan ekonomi selama krisis perbatasan dengan Rusia, Barat menghasilkan miliaran dolar.
"Negara-negara Barat menghasilkan miliaran dolar dari kekacauan itu," katanya.
"Dengan klaim membantu Ukraina melawan "agresi Rusia", AS, Inggris, dan banyak negara lain menghasilkan banyak uang," tambahnya.
"Mereka telah berhasil menjual rongsokan militer dengan harga tinggi ke Ukraina. Mereka menandatangani kontrak komersial yang menguntungkan," jelas Medvedchuk
Menurut Medvedchuk, ekonomi Ukraina telah kehilangan setidaknya 12 miliar dollar AS karena rumor bahwa Rusia akan menyerang dan paket bantuan dari AS dan Uni Eropa tidak cukup untuk mengimbangi.
"Jumlah itu tidak cukup untuk menebus kerugian Ukraina dalam perang virtual. Negara-negara Barat mendorong kita ke dalam lubang utang tanpa dasar," katanya.
"Modal investasi secara besar-besaran mengalir keluar dari Ukraina. Kami akan semakin bergantung pada dukungan keuangan internasional," kata Medvedchuk.
Pemimpin Platform Oposisi Ukraina, For Life, mengatakan bahwa satu-satunya cara bagi Ukraina untuk mengatasi kesulitan saat ini adalah dengan mereformasi pemerintah dan memikirkan kembali kebijakan dalam dan luar negeri.
Sementara Medvedchuk membuat tuduhan, dukungan Ukraina untuk bergabung dengan NATO berada pada titik tertinggi sepanjang masa, TASS melaporkan.
Menurut survei terbaru oleh Rating Group, 62% warga Ukraina yang disurvei mengatakan bahwa mereka ingin Kiev bergabung dengan NATO.
Dalam survei Desember lalu, angkanya 55%.
"Persentase orang Ukraina yang mendukung bergabung dengan NATO berada pada titik tertinggi sepanjang masa," kata Rating Group.
Hanya 30% responden yang mengatakan tidak ingin Ukraina bergabung dengan NATO.