Dia memuja kemegahan dan ritual yang terkait dengan posisinya sebagai Ibu Negara, dan dia mulai mengembangkan kecenderungan monarki yang semakin meningkat.
Dia menunjuk dayang dan mengadakan resepsi besar dan pesta.
Selama waktu singkatnya sebagai Ibu Negara, dia melembagakan sejumlah ritual kehormatan yang bertahan lama setelah dia pergi.
Termasuk penggunaan lagu "Hail to the Chief" setiap kali Presiden tiba.
Bahkan setelah dia meninggalkan Gedung Putih, Julia terus menimbulkan skandal.
Salah satunya ketika dia menulis pembelaan yang gigih terhadap perbudakan di New York Times pada tahun 1853.
Terlepas dari reputasinya, Julia sangat disukai dan dikagumi dan tetap di mata publik sampai akhir hayatnya.
Meski selalu kontroversial, Julia Tyler tetap tercatat dalam sejarah sebagai salah satu penghuni Gedung Putih yang paling menarik.