Kemudian di tanggal 30 April 1830, Belanda memutuskan Pangeran Diponegoro diasingkan ke Manado bersama dengan istrinya keenamnya yakni Raden Ayu Ratna Ningsih, serta Tumenggung Dipasana dan istrinya.
Diponegoro dan rombongan tiba di Manado pada tanggal 3 Mei 1830 dan langsung ditawan di banteng Amsterdam.
Baca Juga: Benarkah Pangeran Diponegoro Pernah Disekap di Balai Kota Tempat Para Tawanan Kompeni Disiksa?
Baca Juga: Ki Hajar Dewantara Harus Jalani Kawin Gantung dengan Sepupunya Sendiri Demi Emban Amanat Leluhur
Tahun 1834, ia dipindahkan ke banteng Rotterdam di Makassar, Sulawesi Selatan.
Diponegoro menghabiskan hidupnya hingga meninggal pada tanggal 8 Januari 1855 di usia ke-69.
Makamnya terletak di Jalan Diponegoro, Makassar.
(*)
Baca Juga: Sentot Ali Basya, Panglima saat Perang Diponegoro yang Hidupnya ‘Ditelan oleh Sang Waktu’