Pidatonya yang penuh semangat di hadapan Kongres AS pada 18 Februari 1943 meninggalkan kesan mendalam di publik Amerika.
Kegiatan politiknya sangat bermanfaat dan persahabatan pribadinya dengan Presiden Franklin D. Roosevelt dan istrinya, membuat Song berhasil menggalang dukungan Amerika untuk Perang Perlawanan China melawan agresi Jepang (1937-1945).
Soong tetap menjadi sosok yang kuat di Taiwan hingga awal 1970-an, namun dia pindah ke Amerika Serikat pada tahun 1975.
Meskipun dia tinggal di Taiwan selama hampir 30 tahun, kematian Soong hampir tidak menghasilkan dampak substantif pada politik Taiwan saat ini, kata Prof. Jin.
Sejak Chiang Ching-kuo (1910-1988) mengambil alih kekuasaan setelah kematian ayahnya Chiang Kai-shek pada tahun 1975, Madame Soong telah menghilang dari arena politik Taiwan.
Peti mati Chiang Ching-kuo dan Chiang Kai-shek untuk sementara ditempatkan di Taiwan, namun penguburan keduanya memicu perselisihan di pulau itu.
Dulu Soong telah mengumumkan bahwa dia tidak akan dikuburkan bersama suaminya, namun jenazahnya kemudian dikirim kembali keTaiwan atau daratan China, tetapi disemayamkan di pemakaman di New York.
Mungkin, sebagai seorang tokoh politik, Soong telah meramalkan implikasi politik tidak peduli ke sisi mana dari Selat Taiwan peti matinya akan dikembalikan.
Di usia tuanya, Soong yang kesepian tidak ingin terseret dalam pusaran politik apa pun, kata Prof. Jin.
Setelah pindah ke New York pada tahun 1991, Soong awalnya tinggal di perkebunan yang dibeli oleh saudara iparnya H. H. Kung (1881-1967) di Lattingtown, pinggiran kota Long Island yang eksklusif 56 km sebelah timur New York City.