Find Us On Social Media :

Pengantar Kuratorial 'Daulat & Ikhtiar': Memaknai Sejarah Melalui Seni

By Intisari Online, Selasa, 15 Februari 2022 | 15:35 WIB

Pameran temporer ini bertajuk DAULAT & IKHTIAR,

Tujuannya untuk melakukan propaganda bahwa Republik Indonesia sudah tidak ada, sehingga Belanda dapat melakukan klaim pendudukan atas Indonesia. Para pejabat negara seperti Presiden Sukarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan beberapa menteri ditangkap dan diasingkan ke luar Jawa.

Sementara Panglima perang Jenderal Sudirman memutuskan untuk keluar dari Ibukota Yogyakarta melakukan perjuangan merebut kembali ibukota Yogyakarta melalui perang gerilya.

Serangan umum 1 Maret 1949 merupakan penyerbuan terpadu dari beberapa kekuatan dan latar belakang. TNI sendiri telah melakukan serangan secara serentak sebanyak 4 kali sebelum tanggal bersejarah tersebut.

Keberadaan pasukan gerilya dengan operasi penyerangan itu mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik masyarakat, ibu-ibu yang mendirikan dapur umum, bahkan penguasa Yogyakarta yaitu Sultan Hamengku Buwono IX.

Dukungan masyarakat seperti para pemuda, pelajar, kaum tani, dan rakyat biasa juga tertaut sesuai bidang dan kemampuan masing-masing. Mereka melakukan aksi manunggal demi mempertahankan kedaulatan bangsa.

Dari sisi pembuatnya, Saptoto (1927-2001) memahami benar kebutuhan sejarah. Alasannya karena ia sendiri adalah salah satu pelaku peristiwa tersebut. Saptoto pernah menjadi anggota Tentara Pelajar pada 1945-1949. Ia sempat berpangkat letnan muda, namun karena rasionalisasi pada 1948, pangkatnya menjadi sersan.

Sempat pula ditugaskan sebagai petugas penghubung di Ponorogo, Pacitan dan Wonogiri. Salah satunya ditugaskan untuk menyampaikan surat khusus kepada Panglima Besar Jenderal Sudirman saat berada di Pakis Jawa Timur.

Baca Juga: Tentara Indonesia Serang Belanda di Yogyakarta, Apa Tujuan Serangan Umum 1 Maret 1949?

 Baca Juga: Buktikan TNI dan NKRI Masih Utuh, Apa Latar Belakang Serangan Umum 1 Maret 1949?

Uniknya, keinginannya untuk menjadi seniman ya … atas arahan dan dorongan langsung dari sang panglima besar.

Selain berjuang di medan laga, Saptoto berhasil menjadi seorang pematung yang namanya masuk dalam sejumlah buku sejarah seni di Indonesia. Ia sempat menjadi anggota Pusat Tenaga Pelukis Indonesia (PTPI) dan Sanggar Pelukis Rakjat pada 1946-47 di Yogyakarta.

Pada masa setelahnya ia menjadi mahasiswa ASRI Yogyakarta. Sampai akhirnya mengajar di Jurusan Seni Patung dan sempat menjabat sebagai Dekan Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta.