Find Us On Social Media :

Dituduh Berani 'Otak-atik' Kalimat Syahadat di Bendera Arab Saudi, Mohammed Bin Salman Diklaim Seret Negaranya Kembali ke Zaman Jahiliyah, Sosok Ini Kuncinya

By Tatik Ariyani, Sabtu, 12 Februari 2022 | 15:31 WIB

Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman

Ironisnya lagi, Bin Salman dan Al-Sheikh adalah keturunan dari pendiri negara Saudi pertama pada pertengahan abad kesembilan belas, Pangeran Muhammad Bin Saud dan Sheikh Muhammad Bin Abdul Wahhab, pendiri gerakan Wahhabi yang dimiliki Arab Saudi yang telah menyebar ke seluruh dunia.

Para syekh Wahhabi menganggap orang-orang yang tidak menganut aliran pemikiran mereka sebagai kafir, dan membentuk Komite untuk Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan, yang berlanjut sebagai otoritas yang kuat di negara itu sampai Bin Salman menjadi putra mahkota.

MBS telah melemahkan komite dan pada dasarnya menggantinya dengan "otoritas hiburan" untuk memuaskan dan meyakinkan Barat bahwa dia adalah orang yang "beradab".

MBS mengganti budaya negaranya dengan apa yang dianggap budaya di Barat, dengan harapan dia akan mewarisi tahta ayahnya.

Dia ingin lebih dekat dengan perantara kekuatan Barat sehingga mereka memberinya kunci kerajaan, tetapi dia lupa bahwa kekuatan sebenarnya ada di tangan Yang Mahakuasa.

Memilih Turki Al-Sheikh untuk mengepalai "otoritas hiburan" bukanlah keputusan acak, dia dipilih dengan hati-hati dan licik.

Baca Juga: Sebelum Jadi Raja Kerajaan Wajo, La Taddampare Simpan 'Jejak Hitam' Kejahatan namun Keburukannya 'Meluruh' Seiring Hanyutnya Benda Ini di Sungai

 Baca Juga: Khasiatnya Tidak Main-main, Coba Konsumsi Terong Bulat Hijau, Satu Keluarga Jadi Jarang ke Rumah Sakit, Coba Mulai Malam Ini!

MBS memilihnya justru karena dia adalah keturunan langsung dari Bin Abdul Wahhab, yang berjanji setia kepada Muhammad Bin Saud, sebagai yang terakhir berjanji untuk menyebarkan Wahhabisme.

Kedua orang tersebut bekerja sama dalam reformasi agama, yang menghasilkan stabilitas kerajaan dan pembentukan negara Saudi pertama yang berakhir pada tahun 1818 karena kampanye Ottoman yang diluncurkan di Semenanjung Arab.

Namun, kurang dari lima tahun kemudian, Pangeran Turki Bin Abdullah berhasil merebut kembali wilayah tersebut dan mendirikan negara Saudi kedua, dengan Riyadh sebagai ibu kotanya, yang terus mengikuti pendekatan yang sama seperti pendahulunya dan didasarkan pada pilar yang sama hingga runtuh pada tahun 1891.

Kemudian Raja Abdulaziz Bin Abdul Rahman Bin Saud menulis halaman baru dalam sejarah Saudi ketika dia merebut kembali Riyadh pada tahun 1902.