Penulis
Intisari-Online.com -Korea Utara telah membangun pangkalan militer rahasia di dekat perbatasan dengan China.
Lembaga think tank AS telah menemukan kompleks luas militer Korea Utara di dekat perbatasan dengan China.
Frank Smith, wartawan yang berbasis di Seoul, menjelaskan setiap langkah Barat yang membidik situs rudal di Korea Utara bisa membuat marah Beijing.
Smith mengatakan kepada TRT World:
"Ini bukan pangkalan pertama, tetapi ruang lingkupnya memang beda.
"Kompleks yang besar ini mampu menampung resimen, dan lokasinya hanya 25 kilometer dari China.
"Ini bisa menyinggung sekutu Korea Utara di Beijing.
"Pangkalan militer ini juga menguraikan kerahasiaan sekitar 20 pangkalan lainnya."
Dia menambahkan: "Ruang lingkup ini menekankan keinginan Korea Utara untuk mendapatkan dan mempertahankan pencegahan nuklir yang kredibel."
Korea Utara menyombongkan diri dengan mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka adalah segelintir negara di dunia yang memiliki senjata nuklir dan rudal canggih.
Juga, bahwa cuma mereka satu-satunya yang menentang Amerika Serikat dengan "mengguncang dunia" lewat uji coba rudal.
Januari adalah bulan rekor tes uji coba rudal, setidaknya ada tujuh peluncuran, termasuk tipe baru "rudal hipersonik" yang mampu bermanuver dengan kecepatan tinggi.
Juga di antara tes tersebut adalah penembakan pertama rudal balistik jarak menengah sejak 2017 dari.
Rudal Hwasong-12 mampu menyerang wilayah AS di Samudra Pasifik.
Melansir Express.co.uk, Rabu (9/2/2022), Kementerian Luar Negeri Korea Utara mengatakan serangkaian tes tersebut merupakan "pencapaian luar biasa" yang memperkuat "pencegahan perang" Korea Utara.
Hwasong-15 diyakini mampu mengirimkan hulu ledak nuklir ke mana pun di Amerika Serikat.
"Saat ini banyak negara patuh terhadap Amerika Serikat, hanya kita di planet ini yang dapat mengguncang dunia dengan menembakkan rudal ke daratan AS," katanya dalam pernyataan itu.
"Ada lebih dari 200 negara di dunia, tetapi hanya sedikit yang memiliki bom hidrogen, rudal balistik antarbenua, dan rudal hipersonik."
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri juga menyebut Korea Utara sebagai ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional serta upaya nonproliferasi global.
“Amerika Serikat memiliki kepentingan vital dalam menghalangi (Korea Utara)," kata juru bicara itu.
Jenny Town, direktur 38 North, sebuah program Korea Utara yang berbasis di Washington, mengatakan fakta bahwa pernyataan Korea Utara tersebut tidak terlihat mengancam.
"Formulasinya sangat pasif. Bukannya mereka akan melakukannya, tapi mereka bisa," katanya.
(*)