Penulis
Intisari - Online.com -Rudal hipersonik terlalu berlebihan dalam hal kecepatan dan bisa ditengarai dengan sistem peringatan awal.
Hal itu disampaikan oleh laporan dari pakar keamanan Amerika Serikat yang menyebut kemampuan rudal hipersonik terbilang jelek dibandingkan rudal balistik konvensional.
Mengutip South China Morning Post, China, Rusia dan Amerika Serikat telah mengeksplorasi potensi rudal ini, yang bisa berpindah pada ketinggian rendah sepanjang trayek ketinggianlebih rendah dan lebih datar dibandingkan rudal balistik antar benua.
Dengan ini, maka bisa dikurangi waktu yang diperlukan untuk berpindah dari peluncuran sampai dampak ledakan.
Rudal hipersonik juga mampu mengubah arah sekalinya dirilis dari peluncur roketnya.
Namun model komputasi menunjukkan walaupun rudal hipersonik dengan sistem pendorong peluncur lebih cepat dalam jarak pendek, rudal ini bisa jadi lebih lambat dibandingkan ICBM (rudal balistik antar benua) dalam jarak panjang.
Penyebabnya adalah tekanan tarikan atmosfer.
“Lebih jauh lagi, rudal hipersonik akan tetap terlihat untuk sistem peringatan awal yang ada di angkasa bagi sebagian besar penerbangan,” ujar laporan yang dipublikasi di Science & Global Security.
“Utamanya, hasil-hasil ini menunjukkan kemampuan dan dampak strategis dari senjata-senjata hipersonik untuk secara luas dibandingkan dari yang memiliki teknologi rudal balistik.
"Sementara senjata-senjata hipersonik menyaksikan beberapa keuntungan dasar dalam hal kemampuan bermanuver, pembatasan fisik fundamental karena penerbangan ketinggian rendah hanya memberikan keuntungan evolusi, bukan revolusi," tulis laporan tersebut dikutip dari SCMP.
Laporan ditulis oleh Cameron Tracy, seorang pakar keamanan dari Union of Concerned Scientists, organisasi non-profit di AS, dan David Wright, seorang pakar pengendalian senjata dari Massachusetts Institute of Technology.
"Pendeknya, rudal hipersonik jauh lebih lambat dari rudal balistik dalam hal jangkauan antar benua.
"Klaim jika keunggulan senjata hipersonik akan mengurangi waktu yang diperlukan untuk mengirim hulu ledak antara, contohnya AS, Rusia, dan China, itu salah," tulis laporan tersebut.
Senjata peluncur hipersonik yang bisa berpindah dalam kecepatan lima kali kecepatan suara telah dilihat sebagai pengubah pertandingan oleh beberapa analis pertahanan.
Namun sementara mereka bisa menghapus deteksi oleh radar, laporan mengatakan rudal masih bisa terlihat oleh sensor infra merah di angkasa selama penerbangan mereka.
"Peluncur hipersonik yang lewat melalui atmosfer memproduksi pemanasan oleh kendaraan peluncur dan udara di sekitarnya, mencapai tanda kuat bahwa, ketika cukup intens bisa dideteksi oleh sensor di angkasa," tulis laporan tersebut.
AS, China, dan Rusia berlomba-lomba mengembangkan senjata hipersonik, dan masing-masing berencana mengembangkan serangkaian luas sistem hipersonik dalam 10 tahun mendatang.
Kendaraan peluncur hipersonik Rusia, dikenal sebagai Avangard, dilengkapi dengan hulu ledak nuklir dan dikirimkan dengan rudal balistik di darat jangkauan jauh SS-19.
China telah mengembangkan senjata serupa dikenal dengan DF-ZF atau DF-17 dan telah mengujinya setidaknya 9 kali sejak 2014.
Tidak seperti Rusia dan China, AS tidak mengembangkan kendaraan peluncur hipersonik untuk digunakan dengan hulu ledak nuklir.
Permintaan dana Pentagon 2021 untuk penelitian terkait hipersonik senilai 3,2 miliar USD, naik dari sebelumnya 2,6 miliar USD tahun lalu.
Dana ini termasuk 206,8 juta USD dari program pertahanan hipersonik.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini