Penulis
Intisari-online.com - Seperti kita tahu, Rusia merupakan gudangnya senjata-senjata militer dunia.
Dengan persenjataannya, Rusia bisa saja menghancurkan Ukraina dalam sekejap.
Rusiamemiliki kemampuan untuk meluncurkan rudal jelajah canggih dengan jangkauan untuk mengalahkan pertahanan radar Barat dan menyerang AS.
Seorang analis kebijakan luar negeri telah mengungkapkan bahwa Rusia memiliki berbagai "senjata super" untuk digunakan melawan NATO dan Amerika Serikat jika terjadi perang.
Clint Ehrlich telah mengungkapkan bahwa Kremlin memiliki rudal jelajah "hipersonik" yang mampu menghancurkan situs militer AS .
Ehrlich mengatakan kepada Express.co.uk, "Kami mendengar banyak tentang ketika China melakukan tes hipersonik yang berjalan secara efektif di seluruh dunia."
"Tapi yang penting untuk dipahami adalah bahwa itu adalah kendaraan luncur yang didorong oleh ICBM dan kemudian hanya bermanuver di ujung terminal penerbangan, itu bukan rudal yang dapat bermanuver secara independen," jelasnya.
"Rusia memiliki rudal Zirkon, itu adalah rudal jelajah hipersonik yang dapat bermanuver secara independen dan itu bisa dibilang sistem senjata operasional paling canggih di planet ini," katanya.
"Sebagian dari mengapa itu dibangun adalah untuk bisa mengatasi potensi pertahanan anti-rudal yang bisa dikerahkan Barat," lanjutnya.
"Rusia kemudian juga memiliki IBM dengan jangkauan yang diperluas yaitu kemampuan untuk mengirim rudal di sekitar Kutub Selatan, bukan Kutub Utara, untuk menghindari sistem radar Barat yang terhubung ke situs ABM," tambahnya.
"Ada senjata super tambahan yang mereka kembangkan untuk rudal jelajah bertenaga nuklir," paparnya.
"Rusia telah mengembangkan itu sebagai senjata potensial."
Clint menambahkan,"Diyakini bahwa salah satu dari mereka tidak berfungsi dan berakhir di dasar lautan."
"Mereka memiliki tim elit yang mencoba untuk pergi dan memulihkannya dan ada kecelakaan nuklir yang menewaskan anggota unit elit Spetsnaz dan ilmuwan mereka," katanya.
"Tapi mereka tidak menyerah mengembangkan teknologi itu," tambahnya.
"Karena mereka sangat bertekad untuk mempertahankan keunggulan nuklir atas Barat setelah penarikan (Perjanjian Rudal Anti-Balistik)," jelasnya.
Selain itu, Intelijen AS memperingatkan Rusia dapat menggunakan rekaman kekejaman yang dibuat-buat sebagai "bendera palsu" untuk membenarkan serangan ke Ukraina.
Rusia telah membantah tuduhan di masa lalu bahwa mereka mencoba untuk membuat konflik dan mengatakan tidak merencanakan invasi.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menolak laporan tersebut dengan mengatakan.
"Jelas bahwa ini bukan langkah yang ditujukan untuk meredakan ketegangan, tetapi sebaliknya, itu adalah tindakan yang mengarah pada peningkatan ketegangan."