Penulis
Intisari-Online.com - Di pertengahan abad 21 ini, masih ada suku yang menggunakan daun untuk menutupi tubuhnya dan melahirkan seperti pada zaman primitif.
Mereka dikenal sebagai suku paling kuat di Afrika.
Ada banyak suku primitif di 'Benua Hitam', di mana masyarakat masih mempertahankan adat hidup nenek moyangnya.
Yang paling terkenal dan paling istimewa mungkin adalah suku Cousso.
Melansir Eva.vn,Suku Cousso adalah etnis minoritas yang sangat tua di Afrika.
Karena mereka tinggal di hutan primitif, mereka pada dasarnya hampir tidak memiliki kontak dengan dunia luar dan masih mempertahankan kebiasaan hidup dari awal.
Ketika orang modern mengetahui tentang suku ini, mereka menganggap suku Cousso sebagai suku paling kuat di Afrika.
Di sana, pria bisa merobek daging dengan tangannya, sedangkan wanita memiliki cara melahirkan yang sangat unik.
Terletak di bagian barat Samudera Atlantik, suku Coussos hidup di daerah yang relatif panas dan cerah, sehingga kulit mereka berwarna gelap.
Baik pria maupun wanita tidak suka memakai pakaian.
Mereka hanya menggunakan daun untuk menutupi bagian sensitif mereka.
Laki-laki Cousso semuanya kuat dan berotot.
Mereka pergi berburu dan meramu setiap hari untuk memberi makan diri mereka sendiri dan keluarga mereka.
Tidak hanya memiliki tubuh berotot, pria-pria ini juga memiliki genetika yang sangat sehat.
Mereka bahkan menggunakan dua tangan untuk merobek daging sapi yang membuat takjub para turis.
Banyak wisatawan yang datang ke sini telah mencoba sekuat tenaga untuk melakukan hal yang sama, namun mereka tetap tidak dapat melakukannya karena serat daging sapi sangat keras.
Di sini, Coussos sangat ramah. Para pria suka menunjukkan kekuatan mereka di depan orang luar.
Namun, yang paling menarik adalah cara para wanita dari suku ini melahirkan.
Wanita Cousso pun sangat kuat.
Alih-alih berbaring saat melahirkan seperti wanita pada umumnya, para wanita suku Cousso berjongkok untuk melahirkan.
Selama proses melahirkan, hanya ada satu wanita berpengalaman untuk mendukung sang ibu, tidak ada selimut, bantal atau air hangat sama sekali.
Yang mereka butuhkan untuk menyambut bayi adalah beberapa daun kering di tanah.
Selama proses melahirkan, wanita Cousso ini diisolasi dari masyarakat.
Sebelumnya, mereka harus membangun gubuk kecil bersama suami untuk pergi ke sana saat melahirkan.
Ketika bayi berusia 7 hari, suami dapat mengunjungi istri selama 7 hari.
Ketika bayinya laki-laki, suku Cousso akan menembakkan panah ke langit.
Jika perempuan, mereka akan mengubur tali pusar bayi di tanah dengan tongkat kayu khusus untuk mengirim ucapan selamat kepada bayi, serta melambangkan hubungan gadis dan ibu pertiwi.
Semakin banyak infromasi tentang suku Cousso diketahui, semakin banyak orang dari masyarakat modern datang ke komunitas ini.
Meski saat ini telah terpapar dunia luar, masyarakat suku Cousso tetap melestarikan dan mempertahankan cara hidup aslinya.