Dan kemudian datanglah tahun 1857.
India sedang membuka lembaran baru dalam sejarahnya dan bersiap melawan apa yang disebut banyak orang sebagai perang pertama untuk kebebasannya.
Terjadilah Pemberontakan Sepoy tahun 1857, yang dilatarbelakangi banyak hal, mulai dari kebijakan yang menindas petani hingga praktik-praktik baru yang menghancurkan bisnis tradisional, orang India merasa tertindas di bawah rezim Inggris.
Ditambah lagi pengenalan peluru ke tentara yang diduga diolesi dengan lemak hewani, dari daging sapi maupun babi.
Ini dianggap sebagai upaya Inggris untuk mencemarkan agama mereka dan saat itulah mereka semua bergandengan tangan.
Awalnya, Rani Lakshmibai, tidak mau melawan Inggris, namun ketika pada tahun 1858 Sir Hugh Rose menuntut penyerahan Jhansi sepenuhnya, dia memutuskan untuk berperang dengan semua yang dia miliki.
Dia memberontak melawan Inggris dan mempersiapkan pasukannya sendiri, melansir indiatimes.
Dia memberi Inggris pertarungan yang sulit, dengan membawa bayinya di punggungnya ke medan perang.
Orang hanya bisa membayangkan Lakshmibai yang ‘ganas’ di punggung kudanya, menyerang siapa pun yang datang dengan dua pedangnya, satu di masing-masing tangan, dan anaknya yang masih kecil diikat di punggungnya.
Penggambarannya saja bisa membuat orang merinding.
Selama pertempuran, Lakshmibai pertam akali melarikan diri ke Kalpi dan kemudian ke Gwalior.
Pada akhirnya Lakshmibai mati syahid dan pasukannya membawa tubuhnya pergi untuk menjaga keinginan terakhirnya agar tubuhnya tidak ditangkap oleh pasukan Inggris.
Dia kemudian dikremasi sesuai keinginannya, dan sekarang, makamnya ada di Phool Bagh di Gwalior.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari