Find Us On Social Media :

Sikapnya yang Plin-plan Jadi Bahan Tertawaan Dunia, Ingin Bantu Ukraina Namun Jerman Ketakutan Setengah Mati Jika Bisnisnya dengan Rusia Ini Macet

By Mentari DP, Rabu, 2 Februari 2022 | 12:45 WIB

Sikap Jerman atas konflik Rusia dan Ukraina.

Intisari-Online.com - Dalam beberapa bulan terakhir, konflik Rusia dan Ukraina sudah membuat berbagai negara khawatir.

Ini karena konflik Rusia dan Ukraina bisa menyebabkan perang dingin di Eropa.

Oleh karenanya, beberapa negara langsung mengirimkan bantuan ke Ukraina.

Seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis, hingga negara-negara sekitar Ukraina.

Namun sikap Jerman malah menjadi perbincangan.

Dilansir dari express.co.uk pada Rabu (2/2/2022), Kanselir Olaf Scholz telah menghadapi kritik oleh pers Jerman atas pendekatannya ke Rusia.

Ini terkait the traffic light coalition atau koalisi lampu lalu lintas antara Jerman dan Rusia.

Bahkan karena dia, Jerman dalam krisis Ukraina telah diejek oleh politisi dan jurnalis di seluruh dunia.

Baca Juga: Kini Menjelma Menjadi Salah Satu Pemimpin Terkuat di Dunia Hingga Sanggup Bikin Amerika Ketar-ketir, Mantan Istri Vladimir Putin Justru Bocorkan Sifat Asli Sang Presiden Rusia

Baca Juga: Seisi Eropa Menahan Napas! Senjata 'Tak Tertandingi' Rusia yang Bisa Hancurkan Rudal Nuklir dalam Sekejab, Telah Selesai Dibuat, Amerika dan NATO Langsung Blingsatan

Eric Gujer Pemimpin Redaksi surat kabar Jerman Neue Zürcher Zeitung, mengutuk koalisi lampu lalu lintas karena bermain-main dengan Vladimir Putin.

"Sekali lagi, Berlin berbicara dan tidak bertindak."

"Beginilah cara Kremlin paling menyukai Jerman," tulis  Eric Gujer.

Ukraina memang telah meminta bantuan kepada banyak negara. Termasuk Jerman.

Pada 19 Januari 2022, Ukraina menulis surat kepada Kementerian Pertahanan Jerman meminta bantuan peralatan.

Seperti helm dan pelindung tubuh yang diperlukan untuk meningkatkan perlindungan negara jika invasi Rusia terjadi.

Tapi Jerman hanya mengirim 5.000 helm, bukan 100.000 yang dibutuhkan.

Christine Lambrecht, Menteri Pertahanan Jerman, mengatakan kepada Ukraina bahwa 5.000 helm mengirimkan sinyal yang sangat jelas bahwa kami berdiri di sisi Anda.

Walikota Kiev Vitali Klitschko menanggapi pernyataan Menteri Pertahanan tersebut.

Dia menyebut pengiriman 5.000 helm sebagai "lelucon mutlak".

"Apa yang ingin dikirim Jerman selanjutnya sebagai dukungan? Bantal?", ucap Klitschko.

Baca Juga: Amerika dan NATO Dijamin Membayar Mahal Karena Siapkan Pasukan Balasan, Tak Disangka Vladimir Putin Diam-diam Lakukan Ini Untuk Membalasnya, Ukraina Kini Malah yang Ketar-ketir

Baca Juga: Belum Selesai Konflik Ukraina, Negara-negara Eropa Lainnya Sudah Blingsatan, Rupanya Rusia Sudah Siap Hancurkan Negara-negara Kuat di Eropa Ini

Sikap Jerman itu juga ditanggapi  Marina Weisband, seorang penulis dan mantan politisi Jerman.

Dia menulis di akun Twitternya, “Rencananya jelas bagi 5.000 tentara Ukraina untuk berlari melintasi perbatasan dan menghadang pasukan Rusia yang dikerahkan di sana."

Ruprecht Polenz, seorang anggota terkemuka dari Partai Demokrat Kristen Angela Merkel, mentweet:

“Bisakah Anda menjadi lebih memalukan? Akankah 5.000 helm membuat invasi Rusia lebih kecil terjadi?”

Jerman telah dikritik karena menempatkan kepentingan ekonominya sendiri di atas membantu melindungi negara bekas Uni Soviet dari tentara Rusia yang besar.

Sikap sulit yang ditunjukkan oleh para pemimpin Jerman telah dikaitkan dengan hubungan bisnis dan ekonomi yang dekat dengan Rusia.

Ini termasuk pipa gas milik Rusia - Nord Stream 2 - yang mengalir dari Rusia ke Jerman.

Kanselir Jerman Olaf Scholz menggambarkan pipa gas Nord Stream 2, yang meningkatkan ketergantungan negara itu pada Rusia, sebagai "masalah bisnis pribadi".

Baca Juga: Mati-matian Bela Ukraina Lawan Rusia, Ternyata Joe Biden Tak Punya 'Power', Pengamat Militer Beberkan Kelemahan Militer Amerika Sebenarnya di Bagian Ini

Baca Juga: Belum Juga Konflik Dimulai, Tentara dan Warga Ukraina Mengaku Sudah Lelah Hadapi Pasukan Rusia, Sampai Memohon Seperti Ini Kepada Vladimir Putin, 'Berdamailah'