Taktik Jitu Pangeran Mataram saat Membangun Pemukiman di Hutan Angker, Inilah Kisah di Balik Nama Kota Magelang

Khaerunisa

Penulis

Intisari-Online.com - Rupanya, kisah di balik nama kota Magelang berkaitan dengan seorang pangeran Mataram.

Dia adalah Pangeran Purbaya, putra dari Panembahan Senopati atau dikenal juga sebagai Danang Sutawijaya, pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Mataram Islam.

Kerajaan Mataram Islam atau Kesultanan Mataram berkuasa antara abad ke-16 hingga abad ke-18.

Setelah mendirikan Kesultanan Mataram, Sutawijaya menghadapi banyak rintangan, terutama dari bupati di pantai utara Jawa yang dulunya tunduk kepada Kerajaan Pajang.

Mereka terus melakukan pemberontakan karena ingin melepaskan diri dari Pajang dan menjadi kerajaan yang merdeka.

Kendati demikian, Sutawijaya tetap berhasil melakukan perluasan wilayah hingga berhasil menduduki seluruh wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Kisah di balik nama kota Magelang pun dimulai dari salah satu upaya Sutawijaya untuk memperluas daerah kerajaannya.

Atas pendapat Ki Gede Pemanahan, diputuskan bahwa langkah yang harus dilakukan adalah dengan membuka sebuah hutan bernama Hutan Kedu. Maka, diutuslah Pangeran Purbaya.

Baca Juga: Jarang Terjadi, Raja dari Jawa Ini Hanya Punya Satu Istri sampai Akhir Hayat, Pertama di antara Keturunan Raja Mataram

Baca Juga: Pernah Bikin Pakar Mati-matian Larang Jokowi Pakai WA, Spyware Sakti Ini Kini Bikin Arab Saudi Pasrah Biarkan Israel Obrak-abrik Ruang Udaranya, Demi Ini

Untuk melakukan tugasnya ini, Panembahan Senopati membekali Pangeran Purbaya dengan sebuah tombak yang bernama Tombak Kyai Pleret.

Bukan tanpa alasan Pangeran Purbaya dibekali senjata khusus, pasalnya Hutan Kedu konon dikuasai oleh raja jin yang sangat sakti.

Saat mulai memasuki Hutan Kedu, Pangeran Purbaya dan pasukannya dihadang oleh sosok jin yang berwajah seram dan bertubuh besar.

Sosok jin itu pun menanyakan maksud kedatangan Pangeran Purbaya dan pasukannya ke dalam Hutan Kedu.

Pangeran Purbaya mengungkapkan jika kedatangannya ke dalam Hutan Kedu, yaitu untuk membuka Hutan Kedu sebagai sebuah perkampungan.

Rupanya, itu membuat sesosok jin yang bernama Jin Sepanjang itu murka, kemudian mengatakan bahwa ia dan pasukannya akan menghalangi tujuan Pangeran Purbaya.

Pertarungan dimulai antara pasukan Pangeran Purbaya dan pasukan jin.

Ternyata, tombak Kyai Pleret yang dibawa oleh Pangeran Purbaya bisa membuat Jin Sepanjang terdesak dan mundur.Tetapi, perlawanan raja jin tidak sampai di situ saja.

Baca Juga: Misteri Kofun, Lebih Besar dari Piramida, Rahasia Makam Jepang Kuno Terungkap, Citra Satelit Tunjukkan Penguburan Berbentuk Lubang Kunci Hadap ke Arah Busur Matahari Terbit, Dewi Amaterasu

Baca Juga: Berlagak Bela Muslim di Xinjiang dengan Gembar-gembor Ogah Ikut Olimpiade China 2022, Borok AS yang Dimulai 2 Dekade Silam Ini Malah Jadi Bulan-bulanan

Sambil pergi, Jin Sepanjang mengatakan bahwa dirinya tetap akan menuntut balas karena sudah mengubah hutan tempatnya tinggal menjadi perkampungan.

Benar saja, raja jin menggunakan cara lainnya, yaitu dengan menyamar menjadi seorang manusia bernama Sonta.

Ketika itu, sebagian wilayah Hutan Kedu sudah berubah menjadi desa kecil yang subur dan mulai banyak warga yang berdatangan untuk menetap.

Suatu malam, Sonta mengeluarkan asap putih yang menyebar ke seluruh desa. Pagi harinya, banyak warga sakit dan meninggal secara misterius.

Pangeran Purbaya yang mengetahui bahwa penyakit misterius di desa disebabkan oleh raja jin yang menyamar menjadi pelayan di rumah Kyai Keramat pun sangat terkejut.

Sonta yang mendengarkan percakapan Pangeran Purbaya dan Kyai Keramat melarikan diri dengan wujud aslinya menjadi jin Sepanjang.

Mengetahui semakin banyak orang yang menjadi korban dari Jin Sepanjang, Pangeran Purbaya membuat sebuah strategi untuk melawan Jin Sepanjang.

Ia memerintahkan prajuritnya untuk bergerak di sepanjang hutan dengan gerakan melingkar seperti gelang.

Baca Juga: Pernah Bikin Pakar Mati-matian Larang Jokowi Pakai WA, Spyware Sakti Ini Kini Bikin Arab Saudi Pasrah Biarkan Israel Obrak-abrik Ruang Udaranya, Demi Ini

Baca Juga: Dianggap Sebagai Dewa Kebijaksaan dan Dewa Pengobatan, Inilah Imhotep, Penasihat Spiritual Juga Arsitek yang Bangun Piramida Pertama, Di Manakah Makamnya Sendiri Berada?

Cara itu dilakukan untuk mengepung hutan tempat raja jin berada. Dengan melakukan cara ini, maka diharapkan Jin Sepanjang tidak akan lolos dari pengejaran.

Strategi yang dilakukan Pangeran Purbaya ternyata berhasil.

Jin Sepanjang tidak punya kesempatan untuk melarikan diri dan harus bertarung dengan Pangeran Purbaya yang membawa Tombak Kyai Pleret.

Pertempuran itu dimenangkan Pangeran Purbaya, yang kesaktiannya lebih tinggi dari Jin Sepanjang.

Raja jin ditusuk menggunakan Tombka Kyai Pleret, tubuh Jin Sepanjang yang jatuh ke tanah perlahan-lahan menguap dan hilang ke udara.

Strategi Pangeran Purbaya untuk mengepung Jin Sepanjang dengan formasi gerakan melingkar seperti gelang itulah yang konon membuat seluruh wilayah disebut sebagai Magelang.

Berasal dari atepung-temugelang atau tepung gelang yang berarti mengepung rapat seperti gelang.

Magelang sendiri merupakan salah satu kota tertua di Nusantara. Hari jadi kota Magelang adalah 11 April 907 Masehi.

Baca Juga: Bisa Lenyapkan Musuh Tanpa Bekas, Inilah Agen Spionase Israel Mossad yang Kerap Gegerkan Dunia

Baca Juga: Dianggap Sebagai Dewa Kebijaksaan dan Dewa Pengobatan, Inilah Imhotep, Penasihat Spiritual Juga Arsitek yang Bangun Piramida Pertama, Di Manakah Makamnya Sendiri Berada?

(*)

Artikel Terkait