Find Us On Social Media :

Pelayannya Sampai Racuni Diri Demi Mengikutinya Sampai Akhirat, Inilah Ratu Sumeria yang Misterius, Puabi, dan Kompleks Pemakaman Bawah Tanah yang Tak Tersentuh Penjarah Hingga Beberapa Ribu Tahun

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 28 Januari 2022 | 13:35 WIB

Sosok yang digambarkan sebagai Puabi, Ratu Sumeria yang makamnya tidak terjamah hingga ribuan tahun.

Kerangka di kamar makam Puabi terbaring di atas tandu dengan kepala menghadap ke barat.

Ketika dilakukan pemeriksaan kerangka Puabi menunjukkan bahwa dia berusia sekitar 40 tahun dengan tinggi 1,52 meter, dan mengenakan hiasan kepala emas.

Rambut palsunya dililitkan dengan korset sepanjang 8 meter, dihiasi dengan daun emas, bunga, cincin, dan piring.

Di bagian atas dekorasi ada lambang emas yang tinggi, dengan tiga mawar. Wanita itu memiliki anting berbentuk bulan sabit.

Baca Juga: Kisah Ratu Katherine dari Aragon, Benarkah Istri dan Ratu Henry VIII yang Paling Setia, Hingga Harus Dibuktikan di Pengadilan Istana? Kelakuan Sang Raja Hingga Ubah Agama dan Politik Inggris Selamanya

 Baca Juga: ‘Serigala Betina dari Prancis’, Inilah Ratu Isabella, ‘Terpaksa’ Selingkuh Karena Nikahi Raja yang Miliki Penyimpangan Orientasi Seksual, Hingga Dijuluki ‘Ratu’ Pemberontak Karena Lakukan Ini!

Sementara, tubuh bagian atasnya ditutupi untaian manik-manik yang terbuat dari logam mulia dan batu semi mulia yang membentang dari bahu ke ikat pinggangnya, dengan cincin menghiasi semua jarinya.

Makam Puabi berisi kepala banteng berjangkut bertatahkan emas dan lapis lazuli.

Juga ditemukan banyak peralatan makan emas, manik-manik silinder lapis lazuli untuk kalung dan ikat pinggang mewah, sebuah kereta yang dihiasi dengan kepala singa betina dari perak, serta banyak perak, lapis lazuli, dan cincin serta gelang emas.

Puabi dimakamkan bersama dengan 52 pelayan, dengan dua orang dikuburkan di ruangan bersamanya, yang satu berjongkok di kepalanya, yang lain di kakinya.

Rupanya semua pelayan itu meninggalkan dunia ini untuk menemani almarhum untuk melayaninya di akhirat.

Sang peneliti, Leonard Woolley, curiga jangan-jangan orang-orang ini meracuni diri mereka sendiri atau telah diracuni oleh orang lain.