Find Us On Social Media :

Sok-sokan Beri Utang Sana-sini demi Dicap Negara Adidaya, Kini China Kena Batunya, Perekenomian Negeri Panda Diprediksi Runtuh di Tahun 2022 Gara-gara Hal Ini

By Mentari DP, Rabu, 19 Januari 2022 | 17:30 WIB

China, negara adidaya.

Intisari-Online.com - Dalam beberapa tahun terakhir ini, China digadang-gadang menjadi negara adidaya.

Tidak hanya soal militer, tapi juga secara ekonomi.

Namun sepertinya terjadi sesuatu dengan ekonomi China di tahun 2022.

China diprediksi bisa menghadapi masalah besar pada 2022.

Apa yang terjadi dengan negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu?

Dilansir dari express.co.uk pada Rabu (19/1/2022), Biro Statistik Nasional China merilis hasil tinjauannya pada 17 Januari.

Hasilnya mereka mencatat China mengalami resisten pada tahun 2021 dan dapat bertahan pada tahun 2022.

Di mana ekspansi PDB sebesar empat persen pada tahun 2021.

Ada beberapa penyebab hal itu terjadi.

Salah satunya pandemi yang berkelanjutan menahan laju pertumbuhan ekonomi dalam 18 bulan.

Baca Juga: Sama-sama Musuh Bebuyutan, China Justru Memberikan Dukungan Penuh pada Rusia Saat Ribuan Tentaranya Muncul di Negara Asia Ini, Langsung Bikin Amerika Ketar-ketir

Baca Juga: Terancam Jadi Bulan-bulanan China Jika Perang Dunia III Pecah, AS Buru-buru Janjikan Bonus Setara Mobil Mercy untuk Calon Tentaranya, Krisis Ini Pemicunya

Bank Rakyat China pada akhirnya memangkas suku bunga pinjaman instrumental.

Ini karena ekonomi gagal menyamai pertumbuhan 6,5 persen pada titik yang sama pada tahun 2020.

Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat menahan laju pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2022.

Kebijakan nol Covid

Pemerintah China selalu mengambil langkah dramatis untuk mencegah penyebaran kasus Covid-19 di dalam negeri.

Lockdown bergulir sering terjadi, dengan beberapa kota terpaksa menjalani karantina dan pengujian yang diwajibkan selama berminggu-minggu.

Pada akhirnya, lockdown telah terbukti ampuh. Namun itu membuat banyak bisnis gagal.

Sektor properti

Perekonomian China yang besar, sebagian, ditopang oleh sektor properti berkinerja tinggi yang menyumbang sekitar 30 persen dari total outputnya.

Tapi seperti halnya di seluruh dunia, pandemi telah menekan sektor ini juga.

Baca Juga: Sempat Bangkit Meski Diserang Majapahit Habis-habisan, Kerajaan Islam Pertama di Nusantara Malah Runtuh Karena Diserang Kerajaan Tetangga, Padahal Kekuasannya Menyebar Hingga China

Baca Juga: Padahal Jelas-jelas Musuh Bebuyutan Amerika, Anak Emas AS Ini Malah Kepergok Memberi Senjata Militer Ini Secara Ilegal dari China, Apa Respon AS?

Orang-orang China telah mengumpulkan lebih banyak utang, yang mengarah ke konsumsi yang lebih rendah, penurunan perumahan dan pertumbuhan yang lebih lambat.

Menteri lokal telah menyuarakan - baik secara publik maupun pribadi - bahwa mereka akan berjuang untuk memenuhi kebutuhan jika masalah terus berlanjut.

Demografi

Beberapa tahun terakhir telah melihat China berurusan dengan dampak dari kebijakan satu anak selama beberapa dekade.

Meskipun pemerintah menghapus batas satu anak yang tersisa pada tahun 2015, angka kelahiran belum pulih.

Dari 2011 hingga 2020, data sensus menunjukkan pertumbuhan penduduk yang stagnan, dengan tingkat paling lambat dalam beberapa dekade.

Pada tahun 2021, turun menjadi 12 juta, terendah sejak negara itu mengatasi dampak dari Kelaparan Besar China pada tahun 1959 hingga 1961.

Sebagai tanggapan, para pejabat melonggarkan aturan lagi tahun lalu, memperkenalkan batas tiga anak pada bulan Juli.

Baca Juga: Covid-19 Merebak Bak Seperti Tahun 2019, Jutaan Rakyat China Justru Jadi Korban Gara-gara Ulah Pemerintahnya Sendiri yang Lakukan Lockdown Ketat, 'Kami Mati Kelaparan!'

Baca Juga: Berhasil Bikin Amerika dan Seisi Eropa Melongo Bahkan Tak Berkutik, Trik Krusial Rusia di Ukraina Bakal Gunakan China Untuk Mendaratkan Pasukan di Taiwan