Penulis
Intisari-Online.com- Sejak ditemukan lebih dari 100 tahun lalu, para peneliti sudah cukup puas dibikin pening.
Butuh waktu yang tak sebentar untuk mengungkap apa sebenarnya mahluk yang satu ini.
Pasalnya, fosil yang ditemukan itu punya bentuk yang aneh dan tak biasa.
Ciri yang paling mencolok adalah leher yang super panjang.
Dengan bentuknya yang tak lazim itu, peneliti pun tak yakin jenis hewan apa itu dan hidup di habitat mana.
Dengan total panjang tubuh 6 meter, mahluk tersebut memiliki panjang leher 3 meter atau separuh tubuhnya sendiri.
Untungnya, misteri mahluk berleher panjang ini akhirnya perlahan terkuak.
Seperti dikutip dariIFL Science, Agustus 2020 silam, peneliti berhasil menemukan bukti baru mahluk yang hidup sekitar 242 juta tahun lalu tersebut melalui CT scan.
Dari pemindaian, peneliti menemukan jika tulang leher yang memanjang itu punya mirip dengan yang ditemui pada jerapah.
Tulang leher juga tak fleksibel karena diperkuat dengan tulang rusuk serviks.
Selain itu juga, dari pemindaian akhirnya peneliti mengungkap jika mahluk misterius yang diberi nama Tanystropheus hydroides ini tergolong sebagai reptil yang tinggal di laut.
" Leher T. hydroides tak cocok dengan habitat di darat," ungkap Oliver Rieppel, salah satu peneliti dalam studi ini.
T.hydroides memiliki lubang hidung di atas moncongnya, seperti buaya, memungkinkannya untuk bernapas saat muncul di permukaan.
Rieppel yang juga merupakan paleontologis di Field Museum di Chicago mengatakan, hewan tersebut menghabiskan beberapa waktu untuk berbaring menunggu ikan dan mangsa lain seperti cumi-cumi.
"Belum terlalu jelas bagaimana leher T.hydroides berfungsi."
"Mungkin menjadi bagian dalam perburuan mangsa. T. hydroides akan menyembunyikan tubuhnya dan menggunakan leher panjangnya untuk mengejutkan mangsa," tambah Rieppel.
Terlepas dari penampilannya yang aneh, T. hydroides tampaknya telah sukses berkembang biak.
Penelitian misteri mahluk berleher super panjang ini telah dipublikasikan di jurnal Current Biology dan diamati dari fosil reptil yang ditemukan di Eropa, Israel, dan China.
(*)