"Mereka mengatakan normalisasi itu akan 'melukai Palestina' tapi kenyataannya klaim tersebut sangat tidak berdasar dan hanya bisa dilihat sebagai taktik memeras negara-negara Muslim dan mendapatkan jutaan dolar dengan berbagai alasan, sebagian besar akan berakhir dalam rekening-rekening rahasia dari para pria PLO."
Ia menyebut sudah ada tuduhan banyak akan hal ini kepada pejabat Otoritas Palestina, termasuk Mahmoud Abbas, yang telah menggelapkan dana publik.
Kemudian ia menyebut nama Yasser Arafat yang dituduh menggelapkan miliaran dolar uang Palestina.
"Ini mengarah pada korupsi dari kepemimpinan Fatah yang diyakini telah berkontribusi kepada kemenangan yang meyakinkan oleh teroris Hamas pada pemilihan parlemen Januari 2006.
"Para pemimpin Fatah dituduh menggelapkan dana dari keuangan kementerian, meneruskan pekerjaan pengawasan ketat, menerima bantuan dan hadiah dari para pemasok dan kontraktor."
Menurut Choudhury, sumber tuduhan untuk Mahmoud Abbas adalah salah satu sekutu paling setia dari Arafat, Mohammed Rashid, yang dituduh oleh Otoritas Palestina telah korupsi ratusan juta dolar, yang mengancam mengekspos skandal korupsi di Otoritas Palestina.
Bertahun-tahun lamanya, Rashid bertugas sebagai penasihat finansial Yasser Arafat dan diberi wewenang memegang ratusan juta dolar yang dikucurkan kepada Otoritas Palestina dan PLO oleh pendonor AS, UEA dan Arab.
Choudhury menyebut jika menurut Rashid, kekayaan bersih Abbas mencapai USD 100 juta.
Pada 10 Juli 2012, Abbas dan anak-anaknya diserang di Kongres AS untuk tuduhan korupsi mereka.
"Debat itu berjudul Chronic Kleptocracy: Corruption Within the Palestinian Political Establishment. Dalam kesaksiannya kepada House Committee of Foreign Affaris, Subcommittee on Middle East and South Asia, Elliott Abrams menyatakan jika 'Korupsi adalah penghancur massal tidak hanya kepada keuangan publik Palestina tapi juga terhadap keyakinan kepada seluruh sistem politik. Dan hal ini tentunya memiliki dampak pada calon pendonor.