Find Us On Social Media :

Inilah Alasan Mengapa Mataram Kuno Runtuh Tanpa Jejak Meskipun Jadi Kerajaan Termashyur Pada Masanya

By May N, Kamis, 6 Januari 2022 | 18:40 WIB

Candi Prambanan, merupakan peninggalan kerajaan mataram kuno yang bercorak Hindu.

Prasasti Mantyasih diterbitkan guna melegitimasi Balitung sebagai pewaris tahta sah.

Raja-raja yang dicantumkan dalam prasastinya juga para raja yang berdaulat penuh atas seluruh kerajaan.

"Dyah Gula, Dyah Tagwas, Dyah Dewendra, dan Dyah Bhadra, tidak pernah berdaulat penuh karena masa pemerintahan yang terlalu singkat," tulis Kusen.

Sementara itu peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta, Baskoro Daru Tjahjono, mengatakan awalnya Balitung bukanlah pewaris tahta yang sah.

Baca Juga: Lain Kepercayaan Penampakan Lintang Kemukus sebagai Pertanda Pagebluk, Ramalan Jangka Jaya Baya Era Kasunanan Mataram Justru Sebaliknya, Pertanda Zaman Emas?

Baca Juga: Ketika 'Prabowo Subianto si Putra Mahkota' Diisukan Mengatur Kudeta 1998 untuk Mendongkel 'Soeharto sang Raja' ala Riwayat Raja-raja Mataram

Disebutkan dalam "Balitung Putra Daerah yang Sukses Menjadi Raja Mataram Kuno" yang dimuat di Berkala Arkeologi vol 28. No 1 2008, Baskoro mengatakan Balitung bukanlah keturunan langsung Dinasti Sailendra.

Ia menjadi raja semata-mata karena mengawini putri raja sebelumnya.

Kemudian Prasasti Wanua Tengah III berhubungan dengan perubahan status sawah di Wanua Tengah, itulah sebabnya semua penguasa yang memiliki sangkut paut dengan perubahan status sawah masuk ke dalam daftar tersebut.

Boechari, seorang epigraf atau pakar analisis prasasti, memandang raja Mataram yang berhasil dimahkotai tidak selalu seorang pewaris sah.

Melalui "Tafsiran Prasasti Wanua Tengah III" yang dimuat di Melacak Sejarah Kuno Indonesia Lewat Prasasti, ia menyebutkan sudah terjadi beberapa kali perebutan kekuasaan di Mataram.

Perebutan kekuasaan terutama melibatkan raja-raja yang hanya memerintah sebentar seperti Dyah Gula, Dyah Tagwas, Rake Panumwangan dan Rake Gurunwangi.