Penulis
Intisari-Online.com - Sebagian besar kontroversi Prabowo Subianto, tampaknya berkaitan dengan posisinya sebagai bagian keluarga Cendana.
Dia menikahi Siti Hediyati, putri Soeharto pada Mei 1983.
Sejak menjadi bagian dari first family, karir Prabowo lebih diperhatikan.
Periode 1993-1998, karir Prabowo meroket dari perwira menengah menjadi Letjen.
Namun, hubungannya dengan putra-putri Soeharto tidak berjalan mulus.
Dikutip dari buku berjudul 'Kontroversi Kudeta Prabowo,' puncaknya terjasi pada Mei 1998, keluarga Cendana marah mengapa Prabowo membiarkan mahasiswa menduduki gedung MPR/DPR.
Mereka curiga bahwa itu disengaja oleh Prabowo sebagai bagian dari konspirasi menjatuhkan sang raja.
Begitu meruncingnya situasi menjelang 20 Mei 1998.
Pihak demonstran bersikeras akan melaksanakan aksi kendati pengamanan oleh aparat tampak begitu ketat.
Konsentrasi pasukan di Monas khususnya tanggal 19-21 Mei 1998 mengingatkan publik pada manuver Kostrad pada 1 Oktober 1965.
Kebetulan, Pangkostrad 1965 adalah Mayjend Soeharto, dan Pangkostrad Mei 1998 adalah Letjen Prabowo, menantunya.
Jadi, rumor kudeta pun muncul, sama simpang-siurnya dengan isu penyerbuan pasukan asing dari Teluk Jakarta.
Tanggal 22 Mei 1998, sehari setelah Soeharto mengundurkan diri, Letjen Prabowo Subianto dicopot dari jabatannya oleh Habibie.
Dia dimutasi menjadi komandan Sekolah Staf Komando ABRI, sebelum akhirnya pensiun dini dengan pangkat Letjen.
Benarkah Ada Kudeta?
Menjelaskan pertanyaan tentang konsentrasi pasukan Kostrad di Monas, Prabowo menjawab:
"Semua pengerahan pasukan ada di bawah komando operasi, Kodam Jaya, Pauksan Marinir, Paskhas, Kodam Siliwangi, Kostrad, Kopassus."
"Tujuannya mengamankan ibukota yang beberapa hari terbakar."
"Aparat ingin mengembalikan rasa aman karena pelarian modal."
"Kudeta adalah tuduhan yang kejam terhadap prajurit."
Prabowo menolak jika dikatakan ada pergerakan pasukan Kostrad di luar komando.
Menurut dugaannya, semua itu hanya pergantian jabatan dalam militer yang dipengaruhi oleh siapa yang sedang berkuasa.
Prabowo hanya mempertanyakan mengapa pergantian Pangkostrad tidak dilakukan dengan semestinya melalui upaara formal.
Dalam pertemuan antara Prabowo dan Habibie di Hamburg pada 2004, mereka membahas pencopotan jabatan secara tidak hormat itu.
Habibie mengatakan bahwa itu atas permintaan Soeharto.
Di hari-hari terakhir kekuasaannya, Soeharto berprasangka buruk bahwa Prabowo bersama Habibie sedang bersekongkol menumbangkan dirinya.
Sebagaimana riwayat raja-raja Mataram yang dikudeta oleh kalangan istana sendiri.
(*)