Penulis
Intisari-Online.com - Tak lama setelah memulai karier sebagai anggota polisi, Soeharto ditugaskan sebagai asisten (toban) kepala polisi Jepang di Yogyakarta pada 1942.
Soeharto bekerja sebagai asisten Superintendan (Keishi) Okamoto Juko.
Okamoto berasal dari Prefektur Okayama di sebelah baratdaya Honshu.
Dia datang ke Jawa langsung dari Taiwan seperti kebanyakan polisi Jepang lain.
Okamoto pun terkesan dengan Soeharto, pemuda Jawa berumur 21 tahun yang sopan, pintar, dan cepat belajar.
Soeharto belajar banyak hal dan menyaksikan penuh minat, pertentangan birokratik antara Kenpeitai dengan polisi sipil.
Belakangan, Soeharto suka memberi kesan bahwa dirinya menduduki jabatan asisten inspektur polisi (keibuho) di bawah Jepang.
Klaim ini diterima dan diulangi oleh para penulis, sangat luar biasa hingga menimbulkan pertanyaan terhadap kredibilitas Soeharto.
Keibuho merupakan jenjang kepangkatan keempat dalam tangga promosi setelah anggota polisi (junsa), polisi senior (junsacho), dan sersan polisi (junsabucho).
Di Jepang, pangkat keempat hanya bisa dicapai oleh perwira polisi yang berpengalaman bertahun-tahun.
Seseorang yang menjadi asisten inspektur di masa Jepang adalah mereka yang berpendidikan, dan biasanya berumur 30-an atau 40-an.
Pengakuan Soeharto tersebut tidak dipercaya dan dicemooh oleh beberapa mantan anggota Kenpetai dan para perwira polisi sipil Jepang di Jawa.
Taniguchi Taketsugu, mantan kepala Kenpeitai Bogor mengatakan "hampir tidak dapat dibayangkan" bahwa seorang Indonesia dalam usia awal 20-an dapat mencapai pangkat setinggi itu.
Pandangan serupa disampaikan oleh Teramoto Masashi, mantan sersan di Kenpei Solo dan Kiozumo Saburo, mantan inspektur polisi di Yogyakarta.
Tsuchiya Kiso, mantan Beppan cabang Yogyakarta dari seksi intelijen khusus Tentara ke-16 AD Jepang, yang memindahkan Soeharto ke PETA, tidak ingat jabatan Soeharto waktu itu.
Tapi dia juga skeptis terhadap pengakuan tersebut.
Meskipun, Tsuchiya juga tidak sepenuhnya menafikan kemungkinan Soeharto memangku pangkat tersebut.
Tapi ada juga kemungkinan bahwa pada 1969, Soeharto mencampuradukkan kata keibuho sebagai kesatuan polisi, bukan sebutan pangkat dalam kepolisian Jepang.
Sumber: David Jenkisn, "Soeharto di Bawah Militerisme Jepang"
(*)