Find Us On Social Media :

Andaikan Percaya pada Tanda Ini, Mungkin Kerajaan Sunda Tidak Akan Dibantai Majapahit, Terkuak Sebelum Perang Bubat Rombongan Kerajaan Sunda Sudah Melihat Firasat Buruk Ini

By Khaerunisa, Rabu, 5 Januari 2022 | 18:55 WIB

Ilustrasi Perang Bubat. Raja Majapahit Hayam Wuruk.

Di hari keberangkatan mereka, ratusan rakyat Galuh mengantarkan sang putri beserta raja dan punggawa menuju pantai.

Sesampainya di pantai, konon ada sebuah peristiwa aneh, dimana mereka menyaksikan laut berwarna merah darah yang melambangkan bahwa rombongan itu tidak bakal kembali ke negeri kelahirannya.

Namun tanda itu tak dihiraukan oleh Prabu Linggabuana dan rombongannya. Mereka tetap berangkat menuju Majapahit dengan penuh misteri.

Bak sebuah pertanda, sebuah peristiwa berdarah yang dikenal sebagai Perang Bubat terjadi.

Ketika itu, Hayam Wuruk merupakan raja muda di Majapahit, yang dalam menjalankan pemerintahan dibantu oleh Mahapatih Gajah Mada, sosok yang lebih menjadi tokoh sentral layaknya posisi perdana menteri.

Gajah Mada yang diangkat sebagai Mahapatih pada masa pemerintahan penguasa Majapahit sebelumnya, Ratu Tribhuwana Tunggadewi, berambisi menguasai Kerajaan Pajajaran (Sunda) demi memenuhi Sumpah Palapa, menganggap kedatangan rombongan Sunda sebagai bentuk penyerahan diri.

Baca Juga: Dibawa Bersama dengan 175.000 Tentara Siap Tempur Rusia, Inilah Senjata Berbahaya Militer Rusia yang Konon Ledakannya Mirip Bom Atom

Baca Juga: Terlihat Ganas Bisa Kerahkan Ribuan Pasukan Plus Senjata Militer Untuk Hancurkan Ukraina, Siapa Sangka Aslinya Rusia Sedng Dalam Kondisi Mengerikan Ini

Perang Bubat sendiri mengakibatkan hubungan Hayam Wuruk dan Gajah Mada menjadi renggang.

Oleh para pejabat dan bangsawan Majapahit, Gajah Mada dianggap lancang dan gegabah.

Perang Bubat menjadi tanda kemerosotan Gajah Mada. Hayam Wuruk kemudian memberinya tanah di Madakaripura, Probolinggo, yang jauh dari Majapahit.

Meskipun dinamakan penganugerahan, tindakan ini diduga sebagai cara Hayam Wuruk meminta Gajah Mada mengakhiri kiprahnya sebagai mahapatih.