Dalam komunitas di mana kebiasaan piring bibir ini dipraktikkan, setiap gadis yang mencapai usia pubertas akan dipotong bibirnya oleh salah satu anggota perempuan sukunya dan sebuah kayu kecil kemudian ditempatkan di bibirnya.
Piring bibir dapat dilepas ketika ada kebutuhan untuk membersihkan atau menggantinya, melansir History of Yesterday.
Pelat atau piring bibir ini umumnya dianggap sebagai ‘ritus peralihan’ dari masa remaja ke masa dewasa.
Menurut tradisi, pelat bibir adalah bukti kesuburan setiap wanita dan bukti bahwa dia siap untuk menikah.
Ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa gadis tersebut telah mencapai usia menikah dan siap menjadi seorang istri.
Selain dari pernikahan, kecantikan seorang wanita jua ditentukan oleh seberapa besar bibirnya.
Keyakinannya adalah bahwa piring bibir ini merupakan ornamen budaya yang melambangkan kekuatan dan harga diri gadis itu, karena ini juga dilihat sebagai tanda keberanian dan ketekunan.
Tingginya harga diri yang menempel di bibir karena dipandang sebagai suatu kebanggaan.
Untuk membuatnya lebih cantik, bahkan beberapa wanita mengecat pelat bibir mereka.