Find Us On Social Media :

Perang Antar Suku Masih Jadi Cara Pemecahan Masalah di Kehidupan Modern Negara Tetangga Ini, Mayat-mayat Bergelimpangan di Jalanan Sudah Jadi Pertunjukan Biasa

By May N, Kamis, 30 Desember 2021 | 21:16 WIB

pembantaian massal menjadi produk dari penegakan hukum primitif di Papua Nugini

Pejuang akan bertemu dan bertarung di "medan perang" dan lebih penting, wanita dan anak-anak terhindar dan tidak tertangkap di garis bidik.

Hingga kini, tradisi ini telah berevolusi menjadi perang gerilya, di mana serangan satu anggota klan berarti serangan untuk semuanya

Peperangan gerilya, melibatkan senjata berkekuatan tinggi, penggantian tombak dan panah, obat-obatan terlarang, uang, dan perebutan wilayah.

Sederhananya, hal itu sudah menjadi penegakan hukum sendiri di Papua Nugini.

Baca Juga: Kehidupan Orang-orang Irula, Suku Tertua di India yang 'Kebal' Ular Berbisa hingga Memproduksi Penawar Racun untuk Seluruh Negeri

Gubernur Hela Philip Undialu baru-baru ini mengatakan di masa lalu, perang suku itu terstruktur dan dilengkapi aturan.

Pihak berwenang tahu siapa yang terlibat dan ke mana harus pergi untuk menyelesaikan masalah dengan cepat.

Namun banyak hal berubah sejak misionaris pertama dan kolonisasi Provinsi Hela.

Layaknya daerah lain di negeri itu, struktur budaya yang mengatur cara hidup orang telah digantikan oleh supremasi hukum.

Baca Juga: Ketakutan Setengah Mati, Senapan AK-47 Prajurit Kopassus Sama Sekali Tidak Berguna Saat Masuk ke Sarang Suku 'Pemakan Manusia', Endingnya Sama Sekali Tak Terduga