Find Us On Social Media :

Sakralnya Keris Bagi Kerajaan Majapahit, Ada di Setiap Sejarah Penting Kerajaan Ini hingga Jadi Aksesoris Lelaki Majapahit, Konon Tak Ada Laki-laki yang Berani Keluar Rumah Tanpa Membawanya

By Khaerunisa, Senin, 27 Desember 2021 | 16:55 WIB

Ilustrasi. Ukiran sejarah Indonesia yang mengelilingi Monumen Nasional, Jakarta..

Baca Juga: Berapa Lama Telur Bisa Disimpan di Kulkas? Ketahui Kenyataannya Sebelum Anda Malah Meracuni Tubuh Anda Sendiri

Namun, tidak berarti masyarakat Jawa benar-benar meninggalkan keris sebagai bagian dari mereka.

Pada awal abad ke-16, Tome Pires, seorang penjelajah dari Portugis menulis kesaksiannya saat mengunjungi pulau Jawa, bahwa keris digunakan dan dimiliki oleh orang-orang Jawa.

"Setiap orang Jawa, kaya atau miskin, harus mempunyai keris di rumah, maupun sepucuk tombak dan sebuah perisai,"

"Tidak ada laki-laki yang berumur antara dua belas dan delapan puluh tahun yang berani keluar rumah tanpa keris terselip di sabuk".

Baca Juga: Ciri-ciri HAM Salah Satunya Bersifat Universal, Apa Maksudnya?

Fungsi keris berkembang lebih dari sekadar senjata. Para Sultan mempercayakan keris miliknya kepada wakil-wakil mereka, sebagai bukti kewibawaan yang diwakilkan pada mereka.

Keris tersebut dianggap sebagai perwakilan dari kehadiran pemiliknya. Bahkan, ditemui juga keris yang digunakan untuk mewakili pemiliknya dalam upacara pernikahan.

Keris juga digunakan sebagai pusaka keluarga, simbol status, ataupun simbol yang diturunkan dari ayah ke anak sebagai perwujudan keberadaan suatu garis keturunan.

Di lingkungan Keraton Yogyakarta dapat ditemui keris Kangjeng Kiai Ageng Kopek yang hanya boleh dikenakan oleh Sultan, juga keris Kangjeng Kiai Joko Piturun yang diberikan Sultan hanya kepada seseorang yang beliau tunjuk sebagai pewaris tahta.