Perilaku China menekan dan mem-bully negara-negara Asia Tenggara ini terus-terusan membuat pusing para pengamat.
Kini banyak yang bertanya-tanya berapa lama sebelum publik Indonesia dan para warga nasionalisnya yang sering berapi-api akan lebih terlibat dengan aktivitas di perbatasan maritim utara.
“China memiliki negara di sini yang lebih cenderung untuk menunda,” kata seorang diplomat senior Barat yang mengetahui situasi tersebut.
“Namun itu melakukan segala yang bisa dilakukan untuk mempersulit mereka. Saya tidak memahaminya.”
Mengutip anggota DPR yang sudah memahami masalah ini, Reuters mengatakan surat protes China aslinya diikuti dengan tuntutan berulang-ulang bagi Indonesia untuk menghentikan pengeboran di blok Tuna.
Sekedar informasi, pengeboran di blok Tuna dilakukan oleh Harbour Energy, perusahaan gabungan antara Premier Oil dan perusahaan negara Rusia, Zarubezhneft.
Perusahaan telah sejak itu melaporkan hasil menjanjikan dari tiga program pengeboran sumur gas, tapi tidak jelas apakah penemuannya sudah melebihi 1 triliun kaki kubik yang secara tegas menetapkan penemuan ini sebagai penemuan komersial.