Intisari - Online.com -Perusahaan Gas Negara (PGN), BUMN Indonesia, kini sedang mencari investor untuk tujuh inisiatif baru dalam langkah Indonesia selanjutnya untuk kembali kepada gas alam.
Langkah ini diyakini sebagai cara mempermudah transisi sulit dari batubara ke energi terbarukan untuk 30 tahun ke depan.
Melansir Asia Times, di antara tujuh inisiatif ini antara lain lebih banyak stasiun energi gas, terutama di Indonesia tengah dan timur, perkembangan hub regional liquified natural gas (LNG) dan juga pembangkit regasifikasi penyimpanan mengapung baru (FSRU), serta penggunaan meningkat LNG untuk bunker dan transportasi laut.
Direktur penjualan dan operasi PGN Fariz Aziz mengatakan PGN juga ingin membangun industri metanol, bersama dengan pemrosesan bio-metanol dari sampah cair minyak kelapa sawit, serta memperluas jaringan pipa kota untuk penggunaan lokal.
Amerika Serikat (AS) dan 20 negara lain telah memohon kepada Indonesia untuk mendanai proyek bahan bakar asing dengan "pengecualian terbatas" pada akhir 2022.
Namun sementara batubara menjadi target utama, sedikit yang membahas mengenai gas alam yang dikenal sebagai alternatif "abu-abu".
Menunjuk apa yang bisa menjadi masa depan Indonesia, gas alam sudah memberikan 40,5% generasi listrik skala utilitas di seluruh AS, diikuti dengan batubara (19,3%), nuklir (19,7%) dan sumber daya terbarukan (19,8%).
Di Inggris, gas menyumbang 42% dari campuran energi negara itu.
Indonesia tertinggal 18,5% walaupun memiliki sumber daya sebanyak 20-30 triliun kaki kubik (TFC) dari gas siap akses di kepulauan Jawa dan Sumatra.
Sumber daya total yang terbukti ada 86 TCF di seluruh Indonesia, tapi itu sudah termasuk ladang gas Natuna D Alpha sebesar 45 TFC yang masih tidak bisa dikembangkan 50 tahun setelah ditemukan karena kadar karbon dioksida sangat tinggi sehingga sangat berbahaya.
Indonesia sudah memperkirakan akan memerlukan berinvestasi USD 150 miliar sampai USD 200 miliar setahun dalam program rendah karbon dalam 9 tahun ke depan untuk mencapai standar nol emisi karbon bersih tahun 2060 atau lebih awal lagi.
Berbicara dalam konferensi COP26 terbaru di Glasgow, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan menggunakan anggaran negara bukan pilihan dan Indonesia akan bergantung pada bantuan finansial dari berbagai institusi, sektor swasta dan bantuan negara maju.
"Dunia meminta kita, sehingga sekarang pertanyaannya adalah apa yang bisa dunia lakukan untuk membantu Indonesia," ujarnya, menjawab kritik yang mempertanyakan kelangsungan rencana energi masa depan Indonesia.
"Memensiunkan energi batubara akan menambah modal Indonesia, dan juga mengorbankan warga dan industri."
Hasil mengecewakan dari konferensi Glasgow menunjukkan sulitnya mendapatkan dana dari negara kaya, yang menggunakan batubara untuk mencapai status negara maju dan kini meminta negara berkembang untuk tidak menggunakan energi batubara.
Indonesia sudah mengatakan berniat memensiunkan 9200 megawatt (MW) pembangkit bertenaga batubara tahun 2030 besok, 10 tahun lebih awal dari jadwal yang direncanakan oleh Strategi Jangka Panjang Ketahanan Karbon dan Iklim Indonesia (LTS-LCCR).
Namun sementara Presiden Joko Widodo kini ingin memajukan target yang ia tetapkan untuk menghentikan batubara seluruhnya tahun 2040, pakar mengatakan akan membutuhkan waktu lebih lama mengingat biaya rendah dan perlawanan kuat dari pelobi batubara Indonesia.
Satu-satunya yang mungkin membantu adalah pertumbuhan permintaan listrik untuk 10 tahun ke depan diperkirakan naik sampai kira-kira 4.9% setahun, lebih rendah dari proyeksi 6.4% di bawah rencana 2019-2020.
Tahun lalu, pandemi Covid-19 melihat pertumbuhan negatif sampai -0.79%.
Batubara menyumbang 67% campuran energi untuk PLN, di bawah rencana PLN saat ini, batubara untuk generator listrik akan dikurangi 55% tahun 2025 dan 47% pada 2038, di mana energi terbarukan seharusnya menyumbang 28% untuk listrik.
Rencana Upaya Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN dari 2021-2030 yang dirilis bulan lalu, mencatat penambahan 40.600 MW dari energi terbarukan tahun 2030, tapi itu melibatkan 13.8129 MW dalam kapasitas bertenaga batubara yang sudah dalam pengembangan.
Bahkan, prediksinya adalah konsumsi oleh PLN dan produsen listrik independen akan meningkat 5.5% tahun depan, dari 102.5 juta ton sampai 108.1 juta ton, lebih dari separuh yang akan mengisi deposito "kelas rendah".