Penulis
Intisari-Online.com- Masjid Agung Dongguan di Xining, China, saat difoto pada tahun 2018 masih memiliki kubah dan menara berwarna hijau cerah.
Hal tersebut sekaligus memperlihatkan kekayaan budaya Islam di China.
Masjid ini telah ada selama hampir 700 tahun.
Masjid ini juga terkenal memiliki simbol Buddha di dalam dan di luar kubahnya.
Baca Juga: Tak Peduli Israel Sekutu Dekat AS, 3 Perusahaan Israel Ini Kepergok Kirim Rudal Jelajah ke China
Namun, melansirIndia Today, Minggu (31/10/2021), sekarang China sudah menghapus kubah dan menara dari hampir semua masjid yang ada di seluruh negeri.
Laporan menunjukkan bahwa pihak berwenang China merasa bahwa kubah adalah bukti dan pengingat pengaruh agama asing.
Oleh karena itu dilakukan penghapusan arsitektur Islam dari bangunan ini.
Namun, meski dalam bidang budaya China terkesan tidak mau 'membebek' budaya negeri lain, baru-baru ini China diketahui tengah membantu Arab Saudi.
Badan-badan intelijen AS menyebut Arab Saudi saat ini secara aktif memproduksi rudal balistiknya sendiri dengan bantuan China.
Liputan ekslusif CNN menyebut, Saudi diketahui telah membeli rudal balistik dari China di masa lalu, tetapi tidak pernah mampu membangunnya sendiri.
Gambar satelit yang diperoleh CNN menunjukkan bahwa Kerajaan saat ini sedang memproduksi senjata setidaknya di satu lokasi.
Pejabat AS di berbagai lembaga, termasuk Dewan Keamanan Nasional di Gedung Putih, telah diberi pengarahan dalam beberapa bulan terakhir tentang intelijen rahasia.
Informasi mengungkapkan beberapa transfer skala besar teknologi rudal balistik sensitif antara China dan Arab Saudi.
Pemerintahan Biden saat ini dihadapkan dengan pertanyaan mendesak: Apakah kemajuan rudal balistik Saudi dapat mengubah dinamika kekuatan regional dan mempersulit upaya memperluas persyaratan kesepakatan nuklir dengan Iran.
Iran dan Arab Saudi adalah musuh bebuyutan.
Teheran kemungkinan tidak akan setuju untuk berhenti membuat rudal balistik jika Arab Saudi mulai memproduksi sendiri.
Tanggapan AS juga diperumit pertimbangan diplomatik dengan China.
Pemerintahan Biden saat ini memang berusaha untuk melibatkan kembali Beijing dalam beberapa masalah.
Ini termasuk kebijakan prioritas tinggi lainnya, seperti iklim, perdagangan, dan pandemi.
(*)