Vladimir Putin Dipastikan Kepanasan, Terkuak Alasan Rusia Ketar-Ketir Jika Sampai Ukraina Gabung NATO, Bahkan Sampai Beri Syarat Ini Jika Tak Ingin Konflik Terjadi

Afif Khoirul M

Penulis

(Ilustrasi) Vladimir Putin - Konflik Ukraina vs Rusia

Intisari-online.com - Perseteruan antara Rusia dan Ukraina tampaknya masih terus berlanjut hingga kini.

Hal ini membuat banyak negara harus turun tangan untuk meredakan ketegangan yang bisa memicu Perng Dunia itu.

Lantas apa sebenarnya alasan Rusia mengapa begitu ngotot ingin hancurkan Ukraina.

"Menurut sejarawan, kendali Rusia atas Ukraina berakhir setelah pembubaran Uni Soviet, tetapi dengan Presiden Putin , mungkin tidak," kata Mary Sarotte, sejarawan di Universitas Harvard.

Baca Juga: Diserang Uni Eropa dan Amerika Serikat, Putin Malah Sebut Negara Barat Jadi Penyebab Tingginya Ketegangan di Eropa Pasca Perang Dingin

Baru-baru ini, Rusia mengirim AS daftar tuntutannya untuk mengakhiri ketegangan perbatasan dengan Ukraina.

Poin terpenting adalah bahwa NATO harus berkomitmen untuk tidak pernah membiarkan Ukraina bergabung.

AS dan NATO masih bungkam tentang tawaran ini.

Menurut Mary Sarotte, kekhawatiran Presiden Rusia tentang prospek Ukraina menjadi anggota NATO aliansi militer terbesar di dunia tidak mengejutkan.

Baca Juga: Muak Rusia Terus-terusan Ditekan Tentang Agresi ke Ukraina, Putin Sebut Negaranya Berhak Bereaksi Keras pada Langkah-langkah Tidak Bersahabat

30 tahun yang lalu, Rusia memiliki zona penyangga militer dengan NATO yang mencakup banyak negara di Eropa Timur.

Tapi sekarang, Rusia hanya memiliki sekutu, Belarus.

Sisi barat Rusia adalah front timur NATO. Penasihat militer AS-Inggris hadir di Ukraina. Sistem pertahanan rudal AS terletak di Polandia dan Rumania.

NATO secara teratur mengadakan latihan di Estonia, Latvia, dan Lituania, negara-negara yang pernah menjadi bagian dari Uni Soviet.

Semua ini membuat Putin tidak bisa "tidur nyenyak".

Jika Ukraina bergabung dengan NATO, ini akan menjadi pukulan berat bagi keamanan Rusia, komentar sejarawan Mary Sarotte.

Menurut Mary Sarotte, dengan "bermain-main" dengan permintaan untuk tidak membiarkan Ukraina bergabung, Rusia menempatkan NATO dalam posisi yang sulit.

NATO tidak ingin Ukraina menjadi anggota, tetapi juga tidak ingin "menamai" ketakutan akan tekanan dari Moskow.

Baca Juga: Seisi Eropa Menahan Napas! Siapa SangkaVladimir Putin Sudah Ancang-ancang Akan Hancurkan Ukraina Jika NATO Sampai Berani Lakukan Hal Ini, 'Musuh Bisa Jadi Abu'

Fiona Hill, mantan pejabat di Dewan Nasional AS di bawah Presiden Trump, mengatakan bahwa Putin bukan "jenis tetangga yang ramah".

"Ukraina tidak cukup kuat untuk menjadi ancaman bagi Rusia, tetapi NATO melakukannya. Menghilangkan risiko negara ini bergabung dengan NATO akan menjadi warisan besar Putin," kata Fiona Hill.

Namun, menurut Fiona Hill, dalam upaya mencegah dan menekan Ukraina untuk tidak bergabung dengan NATO, Rusia juga harus menerima risiko yang dapat membuat 30 anggota North Atlantic Treaty Organization menjadi lebih kohesif.

Meskipun tidak mau berperang dengan Rusia untuk melindungi Ukraina, tidak mudah bagi NATO untuk "mundur" sebelum menjatuhkan beberapa sanksi ekonomi ke Moskow.

Meskipun ada banyak suara di AS bahwa Rusia harus dikeluarkan dari sistem pembayaran elektronik SWIFT, Jerman memperingatkan bahwa mereka dapat menghentikan proyek Nord Stream 2, yang merugikan Moskow miliaran dolar jika terus "agresif" dengan Ukraina.

Artikel Terkait