Intisari-Online.com - Konflik Rusia dan Ukraina semakin memanas dari hari ke hari.
Bahkan konflikRusia dan Ukraina telah meluncurkan tahap pertama invasi.
Di manalebih dari 100.000 tentara di empat lokasi di sepanjang perbatasan Ukraina yang dikirimPresiden Rusia Vladimir Putinbukanlah satu-satunya masalah.
Apa yang terjadi di sana?
Seorang tentara Ukraina mengatakan bahwaperang informasi dan propaganda yang dilakukan oleh Rusia.
Dan peranginformasi dan propaganda itu sama berbahayanya dengan invasi itu sendiri.
Kateryna Koval, seorang perwira cadangan di angkatan bersenjata Ukraina dan seorang aktivis sipil, menjelaskan bagaimana informasiyang sangat kuat didalangi oleh pemerintah Rusia.
Dilansir dari Express.co.uk pada Minggu (19/12/2021), informasi itu pada akhirnyatelah memainkan peran penting dalam membentuk sentimen anti-Ukraina di seluruh dunia.
Koval mengatakan bagaimana bot yang didalangi oleh Kremlin telah membentuk apa yang disebutnya sebagai "tahap pertama invasi" ke Ukraina.
"Mereka memiliki pasukan troll dan bot di jejaring sosial seperti Twitter, Facebook,dan Instagram," kataKoval.
"Dan mereka menggunakan banyak pesan tentang perang, tentang NATO, dan tentunyatentang Rusia."
Dia menambahkan bagaimana kampanye online juga berfokus pada membujuk publik untuk tidak memberikan mereka dukungan mereka.
Sehingga membuat impian Ukraina menjadi anggota NATO bisa gagal.
Kampanye informasi melawan Ukraina juga telah diluncurkan di Rusia melalui TV dan media yang dikelola pemerintah selama bertahun-tahun.
Tujuannya untuk menggalang dukungan domestik untuk tujuan kebijakan luar negeri Rusia.
Koval, yang berkampanye sebagai politisi independen di Ukraina, menambahkan betapa sentralnya gerakan ini adalah keinginan Rusia untuk menimbulkan "kepanikan" di Ukraina.
Oleh karenanya dia menyarankan, daripada hanya fokus pada militer Rusia diperbatasan, sebaiknya Ukraina mulai melindungi diri dari invasi tak kasat mata yang dilakukan Rusia.
Jangan sampai Ukraina akan berakhir seperti Krimea dan Donbas yang kini dikuasai Rusia.
Rusia mencaplok Krimea dari Ukraina pada Maret 2014.
Pada saat itu, tentara tanpa lencana memasuki Semenanjung Krimea dalam pengambilalihan kekuasaan yang nyaris tak ada perlawanan.
Langkah itu juga diikuti oleh Perang di Donbas antara pasukan Pemerintah Ukraina dan militan yang didukung Rusia.
Kali ini 14.000 orang tewas dalam pertempuran itu.