"Mereka pergi ke gereja karena merasa aman di sana; mereka merasa dekat para pendeta adalah perlindungan," ujar suster yang di tahun 1999 itu berusia 64 tahun.
Cerita pembantaian massal darinya dikonfirmasi oleh agen berita misionaris Vatikan, Fides, sebagai salah satu penggambaran paling brutal mengenai kekerasan di Timor Leste yang muncul di waktu sejak pasukan militan melawan kemerdekaan dari Jakarta dan mulai menjarah dengan dukungan dari militer Indonesia.
Juru tulis Katholik Roma yang dianggap para militan sebagai pendukung kemerdekaan, merupakan korban-korban yang pertama.
Sebagian besar warga dari koloni Portugis itu beragama Katholik, sedangkan Indonesia yang menganeksasi Timor Leste tahun 1976, adalah negara Muslim terbesar di dunia.
Pembantaian di Suai itu membunuh kurang lebih 100 warga, 15 pendeta dibunuh di kota Baukau dan Dili, dan beberapa suster terbunuh di Baukau.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini