Intisari-Online.com - Anda tahu siapa Panembahan Senopati?
Panembahan Senopati adalah Raja Kerajaan Mataram yang pertama.
Kisah Panembahan Senopati rupanya tidak terlepas dari sosok Ki Ageng Mangir.
Meski bermusuhan, rupanya keduanya berstatus mertua dan menantu.
Bagaimana kisah keduanya?
Kisah keduanya tertuang dalam kitab Babad Tanah Jawi.
Ternyata keduanya sama-sama masih trah Prabu Brawijaya V. Bahkan keduanya masih keturunan raja Majapahit.
Karena haus kekuasaan, maka Panembahan Senopati ingin mengalahkan Ki Ageng Mangir.
Dan dia menggunakan putrinya sulungnya yang bernama Roro Pembayun untuk membuat Ki Ageng Mangir jatuh hati padanya.
Rupanya cara ini cukup jitu.
Sebab, Ki Ageng Mangir digambarkan oleh sastrawan Pramoedya Ananta Toer sebagai pemimpin yang lemah.
Meski sangat tangguh dalam berperang, karena dia berstatus lajang, rupanya dia lemah terhadap kehadiran wanita.
Roro Pembayun pun dikirim sebagai mata-mata yang menyamar sebagai penari seni Tayub.
Dia pun menggunakan nama samaran Lara Kasihan.
Suatu hari, Ki Ageng Mangir mengutus bawahannya untuk mengundang kesenian tayub Roro Pembanyun.
Ketika melihat kecantikan Lara Kasihan, Ki Ageng Mangir pun jatuh hati. Dia pun menyuntingnya sebagai istri.
Dan ternyata Lara Kasihan juga jatuh cinta pada sang suami. Sehingga dia melupakan tugasnya..
Bahkan kisah cinta keduanya berlanjut hingga Lara Kasihan mengandung.
Akan tetapi Lara Kasihan akhirnya mengaku bahwa dia adalah putri Panembahan Senapati.
Meski begitu, Ki Ageng Mangir mengalah. Rasa cintanya yang besar membuatnya bersedia menghadap sang mertua, Panembahan Senapati .
Demi menarik hati sang mertua, rombongan Ki Ageng Mangir dan Lara Kasihan ramai-ramai membawa banyak hadiah.
Sayangnya ketika Ki Ageng Mangir menyebah dan menundukkan kepalanya, Panembahan Senopati mengambil tombak Kyai Pleret.
Tanpa sempat mengelak, tombak itu langsung menusuk dada Ki Ageng Mangir.
Meski begitu, Ki Ageng Mangir masih sadar dan mencoba melawan Panembahan Senopati.
Sayangnya Panembahan Senopati bisa menghindarinya dan membenturkan kepala Ki Ageng Makir pada batu gilang yang merupakan singgasananya.
Pukulan itu langsung membuat Ki Ageng Makir tewas seketika.
Selanjutnya, jasad Ki Ageng Makir dimakamkan di dua tempat.
Satu di dalam benteng makam dan separuhnya di luar makam Raja-Raja Mataram di Kotagede, Yogyakarta.
Itulah akhir cinta tragis Ki Ageng Makir dan Roro Pembanyun.