Penulis
Intisari - Online.com -Nama pemimpin monarki Thailand Raja Maha Vajiralongkorn sudah banyak dikenal orang.
Mungkin banyak yang mengenalnya sebagai sosok playboy dan sempat mengisolasi diri di Jerman bersama puluhan selirnya ketika Thailand diserang Covid-19.
Kini, ia sudah kembali ke kerajaan Thailand.
Namun tahun lalu tepatnya November 2020 ia kembali menjadi sorotan dunia.
Ternyata hal ini karena protes dari ribuan warganya kepada Raja Maha Vajiralongkorn.
Kelompok pro-demokrasi menuntut raja Thailand itu melepas kekuasaan atas kekayaan monarki.
Pengelolaan aset senilai 40 miliar dollar Amerika Serikat ( AS) atau sekitar Rp 565 triliun itu dialihkan ke kerajaan sejak tiga tahun silam.
Ketika kepolisian Thailand memberlakukan pasal anti-penghinaan kerajaan, demonstran pro-demokrasi di Bangkok kembali menuntut agar kekuasaan Vajiralongkorn terhadap biro pengelola kekayaan kerajaan dicabut.
Tuntutan warga ini melanggar tabu di Thailand jika kritik terhadap kerajaan adalah terlarang.
Namun masyarakat sudah tidak kuat lagi.
Belasan pemimpin demonstrasi kemudian ditangkapi oleh kepolisian kerajaan untuk dimintai keterangan.
Jika terbukti melanggar, terdakwa bisa diancam hukuman penjara maksimal 15 tahun.
“Undang-undang ini kuno dan barbar. Setiap kali digunakan, dia merusak reputasi monarki dan negara,” kata Parit “Pinguin” Chiwarak, yang terkena dakwaan penghinaan terhadap monarki.
Dia mengenakan kostum berwarna kuning, menyerupai boneka bebek raksasa yang menjadi simbol aksi protes.
Para demonstran yang berjumlah ribuan orang awalnya ingin menyambangi kantor Biro Properti Kerajaan (CPB) yang mengelola aset monarki Thailand.
Lembaga ini belakangan menjadi sasaran protes karena dianggap menjadi dompet pribadi raja.
Kekayaan monarki Thailand
Kekayaan raja Vajiralongkorn bisa ditelusuri sejak 2017 ketika ia menempatkan penasihat keuangannya sebagai kepala direksi CPB, mengutip laporan majalah Fortune.
Langkah itu sekaligus menggeser menteri keuangan yang biasanya menduduki posisi tersebut.
Pada tahun yang sama, Pemerintah Thailand mengesahkan amandemen UU Properti Kerajaan, yang memberikan hak atas portofolio CPB sepenuhnya kepada raja.
Tidak lama kemudian biro tersebut menyatakan telah mengembalikan semua aset kepada raja.
Salah satu aset tersebut adalah kepemilikan saham di salah satu bank tertua di Thailand, Siam Commercial Bank.
Menurut laporan berbagai media, kerajaan menguasai 23 persen saham perusahaan dan merupakan investor terbesar bagi SCB.
“Saham SCB tidak seharusnya dimiliki raja, tetapi kementerian keuangan, jadi keuntungannya bisa digunakan untuk pembangunan,” kata Boss, seorang peserta demonstrasi yang berkumpul di depan kantor pusat SCB di Bangkok.
Aset kerajaan Thailand ditaksir berkisar antara 30 sampai 40 miliar dollar AS (Rp 424 sampai Rp 565 triliun).
Itulah sebabnya Raja Vajiralongkorn adalah penguasa monarki terkaya di dunia saat ini.
Meskipun begitu, Pemerintah Thailand setiap tahun menganggarkan dana hingga 1 miliar dollar AS (Rp 14 triliun) untuk membiayai kerajaan.
Pihak kerajaan sejauh ini menolak berkomentar terkait gelombang demonstrasi di Bangkok.
Meski begitu, ketika ditanya tentang protes warga, Raja Maha mengaku mencintai semua warga Thailand saat ditanya tentang aksi protes terhadapnya.
Namun kenyataannya, Raja Vajiralongkorn juga takut dengan serangan demo warga pada tahun 2020 itu.
Pasalnya awal Oktober 2020 ia memerintahkan bagi militer Thailand memindahkan dua unit pasukan ke bawah komando kerajaan.
Dekrit dikeluarkan dan sudah ditandatangani Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha, mengutip Pasal 172 UUD menjamin hak raja mengoperasikan satuan tempur jika ada ancaman terhadap kerajaan.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini