Penulis
Intisari-Online.com -Duka mendalam atas meninggalnya Laura Anna membuat dunia hiburan Indonesia bersedih.
Laura Anna meninggal pada usianya yang ke-21 tahun.
Kabar tersebut dibenarkan oleh manajernya, Silvia.
"Iyah (meninggal dunia)," kata Silvia melalui pesan singkat kepada Kompas.com, Rabu (15/12/2021).
Silvia mengonfirmasi kabar duka yang sudah dibagikan oleh Shandy Purnamasari, Nikita Mirzani, hingga Aan Story.
Sebelumnya, kondisi Laura Anna sudah lumpuh akibat kecelakaan mobil 2 tahun yang lalu bersama mantan kekasihnya, Gaga Muhammad.
Saat ini Laura pun tengah memperjuangkan keadilan atas kejadian tersebut di Pengadilan Negeri Jakarta Timur.
Kecelakaan mobil yang menimpanya pada 8 Desember 2019 itu, menyebabkan Laura mengalami dislokasi tulang leher, yang menyebabkan setengah tubuhnya lumpuh.
Sebelum meninggal dunia, Laura Anna diketahui mengidap penyakit ulkus dekubitus akibat terlalu lama berbaring dan duduk di kursi roda.
Apa itu ul kus dekubitus?
Luka baring atau ulkus dekubitus adalah cedera pada kulit dan jaringan di bawahnya akibat tekanan yang berkepanjangan pada kulit.
Luka baring ini, paling sering berkembang pada kulit yang menutupi area tulang tubuh, seperti tumit, pergelangan kaki, pinggul, pantat, dan tulang ekor.
Orang yang paling berisiko mengalami luka baring umumnya memiliki kondisi medis yang membatasi kemampuan mereka untuk mengubah posisi atau menyebabkan mereka menghabiskan sebagian besar waktunya di tempat tidur atau kursi roda.
Luka baring dapat berkembang selama berjam-jam atau berhari-hari. Kebanyakan luka baring sembuh dengan pengobatan, tetapi beberapa tidak pernah sembuh sepenuhnya.
Penyebab ulkus dekubitus Luka baring atau dekubitus disebabkan oleh tekanan pada kulit yang membatasi aliran darah ke kulit.
Gerak tubuh yang sangat terbatas dapat membuat kulit rentan terhadap kerusakan dan menyebabkan perkembangan luka baring.
Tiga faktor utama penyebab luka baring adalah:
1. Pengelupasan kulit
Hal ini terjadi ketika kulit dan permukaan tempat tidur bergeser ke arah berlawanan.
Misalnya saat tempat tidur di bagian kepala ditinggikan, tapi tubuh tiba-tiba merosot ke bawah, maka bisa terjadi pengelupasan kulit. Gejala dekubitus
2. Gesekan
Gesekan terjadi ketika kulit terus-menerus bergesekan dengan pakaian atau tempat tidur.
Itu bisa membuat kulit yang rapuh lebih rentan cedera, apalagi jika kulitnya lembap.
3. Tekanan
Tekanan konstan pada bagian tubuh mana pun dapat mengurangi aliran darah ke jaringan.
Padahal, aliran darah sangat penting untuk mengantarkan oksigen dan nutrisi lain ke jaringan.
Tanpa nutrisi penting ini, kulit dan jaringan di sekitarnya akan rusak dan akhirnya bisa mati.
Untuk orang dengan mobilitas terbatas, tekanan semacam ini cenderung terjadi di area yang tidak dilapisi dengan baik oleh otot atau lemak dan yang terletak di atas tulang, seperti tulang belakang, tulang ekor, tulang belikat, pinggul, tumit, dan siku.
Beberapa gejala dekubitus atau luka baring adalah sebagai berikut:
- Area kulit yang terasa lebih dingin atau lebih hangat saat disentuh daripada area lain
- Terasa nyeri saat disentuh
- Perubahan warna atau tekstur kulit yang tidak biasa
- Pembengkakan
- Muncul cairan seperti nanah
Pada dekubitus atau luka baring, tingkat kerusakan kulit dan jaringan dikategorikan dalam kulit merah, kulit yang tidak rusak hingga cedera dalam yang melibatkan otot dan tulang.
(*)