Find Us On Social Media :

Gawat! Ancaman Perang Rusia-Ukraina Rupanya Bisa Berubah Jadi Perang Nuklir, Vladimir Putin Ancam Gunakan Rudal Nuklir Jarak Menengah, Uni Eropa Bisa Lenyap Seketika

By Mentari DP, Selasa, 14 Desember 2021 | 16:30 WIB

Invasi Rusia ke Ukraina.

Intisari-Online.com - Invasi Rusia ke Ukraina telah membuat Uni Eropa (UE) ketar-ketir.

Namun invasi Rusia ke Ukraina itu bukanlah satu-satunya ancaman Rusia.

Rupanya Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam untuk melepaskan rudal ke UE.

Baca Juga: Konflik Rusia vs Ukraina Kian Memanas, 7 Negara Termaju di Dunia Ini Siap Bekingi Ukraina, Siapa Sangka Vladimir Putin Malah Lakukan Hal Tak Terduga Ini

Ancaman Presiden Rusia Vladimir Putin itu disampaikan oleh Sergei Ryabkov, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia.

Ryabkov mengatakan bahwa Rusia akan mengambil langkah tegas itu jika NATO melakukan hal yang sama.

Apalagi rudal nuklir jarak menengah itu bisa menghantam banyak negara di seluruh Eropa.

Kepada kantor berita Rusia RIA, Ryabkov tahu bahwa Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) ingin memaksa Rusia bergabung dengan moratorium kekuatan nuklir jarak menengah di Eropa.

Tujuannya jelas, yaitu mereka akan berusaha untuk meredakan ketegangan di perbatasan Ukraina.

Namun menurut Rusia, sikap Barat itu adalah konfrontasi

Baca Juga: Seisi Dunia Menahan Napas! Vladimir Putin Mulai Menghitung Mundur Perang, Namun Bukan di Perbatasan Ukraina Tapi di Wilayah Sengketa Ini, Seluruh Kapal Perang Telah Berkumpul

"Artinya, ini akan menjadi konfrontasi dan membuat konflik maju ke babak berikutnya," ucap Ryabkov seperti dilansir dari express.co.uk pada Selasa (14/12/2021).

Rusia memang memiliki senjata nuklir jarak menengah dengan jangkauan 500 hingga 5.500 km (310 hingga 3.400 mil).

Namun mereka dilarang di Eropa di bawah pakta 1987 antara pemimpin Soviet saat itu Mikhail Gorbachev dan Presiden AS Ronald Reagan.

Saat itu, perjanjian dibuat untuk meredakan ketegangan Perang Dingin.

Pada tahun 1991, kedua belah pihak telah menghancurkan hampir 2.700 senjata nuklir milik mereka masing-masing.

Namun, AS menarik diri dari perjanjian itu pada 2019.

Ini karena ada dugaan pelanggaran oleh Rusia terkait pengembangan rudal jelajah yang diluncurkan dari darat.

Setelah hampir dua tahun menarik diri dari perjanjian itu, mendadak AS membahasnya ketika ada penumpukan pasukan dan peralatan militer Rusia di perbatasan dengan Ukraina.

Dalam panggilan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyatakan keprihatinan mendalam Inggris atas penumpukan pasukan Rusia di perbatasan Ukrain.

Boris menyampaikan kepada Putin, daripada militer, lebih baik menggunakan jalur diplomatik untuk mengurangi ketegangan agar mencari solusi yang tahan lama.

Baca Juga: Pantas Amerika Mencak-mencak, Rupanya Ukraina Bukanlah Target Utama Vladimir Putin, Inilah Rencana Rusia Sebenarnya, Bisa Picu Perang yang Lebih Besar di Uni Eropa

Selain itu, Boris juga menekankan komitmen Inggris terhadap integritas dan kedaulatan teritorial Ukraina.

Dia memperingatkan bahwa setiap tindakan destabilisasi apa pun akan menjadi kesalahan strategis yang akan memiliki konsekuensi signifikan.

Namun Ryabkov mengatakan ada "indikasi tidak langsung" bahwa NATO bergerak lebih dekat untuk menyebarkan kembali rudal jarak menengah mereka sendiri.

NATO menjawab bahwa tidak akan ada rudal baru AS di Eropa.

Justru sebaliknya, pihaknya siap untuk mencegah rudal baru Rusia dengan respons "terukur".

Itu pun mereka hanya akan melibatkan senjata konvensional. Bukannya rudal nuklir.

Tapi sekali lagi Ryabkov tidak percaya dengan pernyataan NATO.

Baca Juga: Pantas Vladimir Putin Tetap Tenang Walau Digertak Satu Eropa, Tak Disangka dengan Senjata Ini, Rusia Bisa Ratakan Inggris Cuma dalam Hitungan Menit