Penulis
Intisari-Online.com - Terkait konflik Rusia dan Ukraina, sikap Presiden RusiaVladimir Putin semakin membuat panas lawannya.
Bagaimana tidak Presiden RusiaVladimir Putin tampaknya telah memulai menghindung mundur untuk perang.
Ini semua karena sikap militer Rusia ini.
Dilansir dariexpress.co.uk pada Minggu (12/12/2021),Selat Kerch,jalur pelayaran utama di dekat semenanjung Krimea, dilaporkan telah diblokir untuk semua kapal sipil.
Itu terjadi setelah Angkatan Laut Rusia melaporkan melihat sebuah kapal Ukraina di sekitarnya dan mengkonfirmasi bahwa mereka sedang memantau pergerakan tersebut.
Badan intelijen Rusia (FSB) mengklaim kapal komando Angkatan Laut Ukraina, Donbas, tidak menanggapi permintaan untuk mengubah arahnya.
Pada akhirnya, seluruh dunia terus memantau situasi saat Rusia dan Ukraina.
Mereka menduga bahwa keduanya tengah berada di ambang perang.
Tentu saja mereka berharap bahwa perselisihan di Laut Hitam atau Laut Azov tidak akan terjadi.
Namun jika itu terjadi, itu bisa menjadi momen yang membuka jalan ke konflik yang tidak terlihat di kawasan itu sejak Rusia mencaplok Krimea pada 2014.
Sebuah sumber maritim mengatakan kepada kantor berita Rusia TASS bahwa tidak satu kapal pun saat ini berada dijalur tersebut.
Menurut portal Marinetraffic, lusinan kapal telah terkumpul di pintu masuk selat dari Laut Hitam dan Laut Azov.
FSB Rusia kemudian mengatakan kapal militer Ukraina tidak lagi mendekati Selat Kerch.
Tetapi tidak sepenuhnya mematuhi perintah untuk mengubah arah.
Pasukan Gabungan Ukraina mengatakan kapal komando Donbas tidak memasuki "zona sensitif" di sekitar Selat Kerch.
Walau begitu,Menteri Pertahanan Ukraina tidak mundur.
Akibatnya kapal Ukraina diketahui meninggalkan pelabuhan di kota Mariupol pada Rabu pagi dan kemudian berlayar menuju Selat Kerch.
Penjaga pantai dari kedua belah pihak kemudian dilaporkan bentrok sekitar pukul 1 siang waktu setempat.
Pemberitahuan FSB mengatakan: "Saat ini, Donbass terletak pada jarak 18 mil laut ke Selat Kerch. Mereka tetap tidak mengubah arah."
"Tindakan ini menimbulkan ancaman bagi keselamatan navigasi."
Kejadian serupa pernah terjadipada November 2018.
Pada saat itu, tiga kapal Angkatan Laut Ukraina ditangkap oleh Penjaga Pantai FSB.
Namun kejadian yang baru ini mungkin terjadi setelah Rusia mengerahkan ribuan tentara di dekat perbatasan Ukraina.
Hal itu tentu memicu kekhawatiran akan invasi yang akan segera terjadi.
Sumber intelijen Amerika Serikat (AS) mengklaim Moskow dapat merencanakan serangan pada awal bulan depandan melibatkan hingga 175.000 tentara.
Namun Rusia membalasnya.
Moskow bersikeras bahwa Kiev juga telah mengerahkan ribuan personel militer ke timur negara itu.
Kiev diduga maumenyerang daerah-daerah yang dikuasai oleh separatis yang didukung Rusia.
Maria Zakharova, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, menegaskan tidak ada kemungkinan untuk mengakhiri konflik tujuh tahun antara pasukan Ukraina dan separatis di wilayah Donbass timur.
"Negosiasi untuk penyelesaian damai praktis menemui jalan buntu."
Jika terus begitu,ketegangan dapat menyebabkan terulangnya krisis rudal Kuba tahun 1962.
Saat itu, AS dan Uni Soviet berada di ambang perang nuklir.