Penulis
Intisari-online.com - Jika ada beberapa negara yang memutuskan untuk anti-China dengan meninggalkan semua hal yang berkaitan dengan China.
Mungkin ada juga beberapa negara yang juga anti-Amerika sampai meninggalkan benda-benda yang berkaitan dengan Amerika.
Baru-baru ini dilakukan sebuah negara di Asia Tenggara memilih untuk berhenti menggunakan senjata militer buatan Amerika.
Menukil 24h.com.vn, pada Sabtu (11/12/21), negara Asia Tenggara tersebut adalah Kamboja.
Pada 10 Desember, Perdana Menteri Kamboja Hun Sen memerintahkan semua angkatan bersenjata di negara itu untuk meninjau dan menemukan semua peralatan dan senjata AS untuk dihancurkan atau disimpan.
"Baru-baru ini, AS telah memutuskan untuk membatasi penjualan senjata dan peralatan militer ke Kamboja," katanya.
"Ini menunjukkan bahwa keputusan yang saya buat pada tahun 1994 untuk tidak memilih AS sebagai pemasok utama senjata ke Kamboja adalah sepenuhnya benar," tambahnya.
"Saya memerintahkan semua unit militer Kamboja untuk segera memeriksa senjata dan peralatan yang tersedia," jelasnya.
"Semua senjata dan peralatan asal AS harus ditarik untuk dihancurkan atau disimpan," Hun Sen memposting keputusan itu di Facebook.
Menurut Hun Sen, senjata AS berkualitas buruk dan tidak membantu Kamboja memenangkan perang.
"Banyak pihak yang menggunakan senjata Amerika telah kalah dalam pertempuran. Ada masanya senjata Amerika banyak diimpor ke Kamboja, membuat negara kita terlilit hutang," katanya.
"Baru-baru ini, pasukan bersenjata AS gagal dalam perang di Afghanistan. Saya percaya keberanian dan semangat juang tentara Kamboja lebih dari senjata Amerika," jelasnya.
"Embargo AS terbaru adalah pesan peringatan kepada generasi pemimpin Kamboja berikutnya. Jika kita ingin memiliki pertahanan independen, jangan gunakan senjata Amerika," tulis Hun Sen.
Keputusan Perdana Menteri Hun Sen muncul setelah Departemen Luar Negeri AS pada 8 Desember memberlakukan embargo senjata di Kamboja atas tuduhan "pelanggaran hak asasi manusia dan korupsi".
Badan militer dan intelijen Kamboja tidak akan memiliki akses ke peralatan dan layanan pertahanan AS setelah embargo.
Menurut Institut Penelitian Perdamaian Stockholm (SIPRI), embargo baru tidak akan mempengaruhi kegiatan pertahanan Kamboja karena AS bukan pemasok utama senjata ke negara ini.
"AS membuat kesalahan dan membuat keputusan yang tidak masuk akal untuk menghukum dan tidak menjual peralatan militer ke Kamboja," kata Phy Siphan, juru bicara kementerian luar negeri Kamboja, pada konferensi pers pada 10 Desember.
Sebelum 8 Desember, Departemen Perdagangan AS juga memberlakukan pembatasan impor atas barang-barang Kamboja.
Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo mengatakan bahwa negara Asia Tenggara itu perlu segera menyelesaikan "masalah tentang korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia" sebelum memulihkan hubungan baik dengan AS.
Gina Raimondo juga menekankan bahwa Kamboja perlu "mengambil tindakan untuk mengurangi pengaruh militer China" di negara itu.
Tahun lalu, Kamboja memutuskan untuk menghancurkan fasilitas militer yang didanai AS yang dibangun di pangkalan angkatan laut Ream.
Kamboja kemudian mengumumkan bahwa China akan mendukung modernisasi dan perluasan pangkalan Ream, sebuah langkah yang sangat tidak menyenangkan Washington.
Namun, pemerintah Phnom Penh membantah bahwa Beijing akan membangun pangkalan di wilayah Kamboja atau secara eksklusif menggunakan sebagian dari pelabuhan militer Ream.