China juga telah melakukan uji coba bersama dengan Rusia untuk melihat seberapa jauh sinyal tersebut bisa masuk ke bawah tanah.
Sebuah stasiun di Rusia menerima sinyal pada jarak 7.000 km, tetapi komunikasi jarak jauh hanya dapat dilakukan satu arah, dan hanya dapat mengirim pesan teks terenkripsi.
Peneliti militer China mengatakan bahwa kapal selam dan perangkat cerdas lainnya seperti drone bawah laut dapat menerima perintah atau mengidentifikasi target dan bertindak cepat sambil mempertahankan status siluman.
Gagasan membangun sistem radar frekuensi rendah di darat dimulai pada tahun 1960.
Proyek Sanguine Angkatan Laut AS bermaksud membuat sistem antena yang mencakup dua perlima Wisconsin untuk memerintahkan kapal selam di seluruh dunia.
Namun, proyek ini berakhir pada 2005 karena tidak memenuhi harapan militer.