Misalnya pada tahun 1528, Sultan Trenggono dari Demak menghadiahkan Fatahillah meriam besar bernama Ki Jimat.
Semua itu berkat keberhasilannya menaklukkan Banten dan Sunda Kelapa.
Meriam besar ini dalam pembuatannya melibatkan sekelompok insinyur dari Turki dan Aceh yang dipimpin oleh seorang mualaf Portugis bernama “Coje Geinal” (Khoja Zainal) dari Algarve.
Bisa dilihat, pada abad ke-17, kerajaan-kerajaan di Nusantara sudah mapan dengan persenjataan.
Selain meriam, ada juga kapal yang menjadi salah satu elemen pertahanan.