Find Us On Social Media :

Diberi Gelar 'Dewi Agung dari Tiga Dunia', Inilah Dyah Gitarja, Ratu Majapahit Penakluk Nusantara yang Muncul dalam Game Tingkat Dunia

By Tatik Ariyani, Kamis, 25 November 2021 | 12:00 WIB

Dyah Gitarja, tokoh Majapahit dalam permainan Civilitation - Tribhuwana Tunggadewi Tribhuwana Tunggadewi

Intisari-Online.com - Tahun 2017 lalu, tokoh kesatria wanita asal Indonesia, Dyah Gitarja, muncul dalam game Civilization VI.

Dikutip KompasTekno, kemunculan tokoh wanita Nusantara pada game racikan Firaksis tersebut resmi diumumkan di situs resmi Civilization, Rabu (8/10/2017) lalu.

Dalam game tersebut, Dyah Gitarja akan memimpin kerajaannya, Majapahit menuju puncak kejayaan.

Dyah Gitarja sendiri merupakan kesatria sekaligus ratu yang mengantarkan Majapahit menuju masa kejayaan.

Baca Juga: Gambarkan Kesedihan Hayam Wuruk Saat Hari Ketujuh Kematian Ibundanya, Salah Satu Tarian Peninggalan Kerajaan Majapahit yang Hilang Tanpa Jejak

Namanya pertama kali muncul dalam kitab Nagarakretagama karangan Mpu Prapanca.

Dalam kitab tersebut, Dyah Gitarja disebutkan sebagai putri pertama Raden Wijaya, pendiri kerajaan Majapahit yang naik tahta setelah kematian kakak tirinya, Raja Jayanegara.

Diberi gelar Dewi Agung dari Tiga Dunia, Dyah Gitarja memiliki nama asli dari Tribhuwana Tunggadewi atau Tribhuwana Wijayatunggadewi.

Dyah Gitarja merupakan putri dari Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit, dari istrinya yang bernama Gayatri Rajapatni.

Baca Juga: Jika Gajah Mada yang Seorang Patih Terkenal Bisa Bawa Kejayaan Bagi Majapahit, Raja-raja Majapahit Ini Justru Terkenal Karena Membawa Kemunduran, Siapa Saja Mereka?

Dari pihak ibu, dia adalah cucu dari Kertanegara, raja terakhir Kerajaan Singasari.

Dyah Gitarja memiliki saudara kandung bernama Dyah Wiyat atau Rajadewi Maharajasa dan saudara tiri bernama Jayanagara, yang menjadi raja kedua Majapahit.

Dyah Gitarja sebenarnya ingin dinikahi oleh Jayanagara, tetapi tidak diizinkan oleh Gayatri.

Karena itu, Jayanagara pernah mengurung Dyah Gitarja dan saudaranya Rajadewi supaya tidak ada yang menikahi mereka.

Setelah Jayanagara meninggal pada 1328, Dyah Gitarja menikah dengan Cakradhara atau Kertawardhana Bhre Tumapel.

Dari pernikahannya ini, ia melahirkan Dyah Hayam Wuruk, yang nantinya menjadi raja Majapahit, dan Dyah Nertaja.

Pada 1328, Raja Jayanagara meninggal tanpa meninggalkan putra mahkota.

Menurut Kitab Nagarakretagama, Gayatri kemudian memerintahkan Dyah Gitarja untuk menggantikannya naik takhta.

Baca Juga: Kisah Balqis, Ratu yang 3.000 Tahun Lalu Mengunjungi Kerajaan Nabi Sulaiman di Israel, Siapakah Sebenarnya Wanita Ini hingga Kemahsyurannya Melegenda?

Sebab, Gayatri yang seharusnya dapat mewarisi takhta Jayanagara telah menjadi biksuni atau pendeta Buddha.

Dyah Gitarja memerintah sebagai ratu bersama suaminya, Kertawardhana.

Pada awal pemerintahannya, yaitu tahun 1331, terjadi pemberontakan Sadeng dan Keta, yang akhirnya dapat dipadamkan oleh Gajah Mada.

Atas jasanya tersebut, Gajah Mada kemudian diangkat menjadi Mahapatih, jabatan tertinggi kedua setelah raja.

Ketika dilantik menjadi mahapatih pada 1334, Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa.

Dalam sumpahnya itu, Gajah Mada tidak berkehandak menerima hadiah atau anugerah sebelum berhasil memersatukan nusantara.

Sejak Dyah Gitarja didampingi oleh Gajah Mada, kemakmuran kerajaan semakin meningkat.

Untuk memenuhi sumpahnya, Gajah Mada membantu sang ratu dalam perluasan wilayah ke segala penjuru nusantara.

Baca Juga: Inilah 10 Misteri Penerbangan yang Belum Terpecahkan, Kecelakaan Pesawat yang Paling Misterius Sepanjang Sejarah, Ada yang Ditemukan 50 Tahun Kemudian di Tengah Pegunungan Salju

Hasilnya, Bali dan beberapa kerajaan di nusantara dapat ditaklukkan pada masa pemerintahan Ratu Tribhuwana Tunggadewi atau Dyah Gitarja.

Pemerintahan Dyah Gitarja berakhir ketika sang ibu, Gayatri, meninggal pada 1350.

Dyah Gitarja mengundurkan diri karena ia hanya memerintah untuk mewakili sang ibu.

Setelah itu, takhta kerajaan diserahkan kepada putranya, Hayam Wuruk, yang saat itu baru berusia 16 tahun.

Meski demikian, Dyah Gitarja masih sangat aktif terlibat dalam urusan kerajaan.

Dyah Gitarja kemudian kembali dinobatkan sebagai Bhre Kahuripan dan menjadi anggota Bhattara Saptaprabhu, dewan tetua kerajaan yang memberikan nasihat kepada raja.