Perwakilan politik di pihak Bougainville sedang mengirimkan taktik mereka sendiri.
Contohnya, anggota parlemen Bougainville Pusat, Sam Akoitai, telah memperingatkan parlemen nasional atas deklarasi kemerdekaan unilateral yang lain oleh warga jika hasil mereka tidak dihormati.
Lainnya, seperti Wakil Presiden Daerah Otonom Bougainville, Patrick Nisira, telah mendesak warga Bougainville untuk tetap siap siaga saat mereka memasuki era menantang lainnya atas ketidakpastian politik.
Mungkin langkah yang lebih jelas, anggota parlemen Bougainville Utara, William Nakin, telah berterima kasih kepada semua pemimpin lawas dan berterima kasih secara khusus kepada Perdana Menteri James Marape untuk memprioritaskan isu Bougainville dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Mengikuti pembicaraan antar pemerintah di Wabag Juli lalu, Marape menggarisbawahi kemungkinan pentingnya perpisahan Bougainville dari Papua Nugini akan ditutupi oleh Covid-19.
Marape menggambarkan kemerdekaan Bougainville sebagai tantangan terbesar yang dihadapi Papua Nugini, lebih besar daripada pandemi dan ekonomi.
Ketakutan yang sudah menjadi rahasia umum di antara elit politik Papua Nugini, termasuk Gubernur Jenderal Sir Bob Dadae, adalah jika kemerdekaan Bougainville dapat menjadi pemicu provinsi-provinsi lain memisahkan diri dan mengancam persatuan nasional.
Hal ini tampaknya juga menjadi ketakutan warga Papua Nugini dalam populasi lebih luas.