Find Us On Social Media :

Pantesan Dicap Pembantaian Terburuk Abad-20 Oleh Dunia, Terkuak Persentase Pembantaian di Timor Leste Oleh Indonesia Disebut Lebih Buruk Ketimbang Pembantaian Yahudi Oleh Nazi, Ini Alasannya!

By Afif Khoirul M, Rabu, 10 November 2021 | 09:35 WIB

Presiden Soeharto awalnya ogah mencaplok Timor Leste.

Intisari-online.com - Invasi militer Indonesia tahun 1975 memang dikenang sebagai salah satu kejahatan perang yang pernah dilakukan Indonesia.

Meski pada akhirnya Indonesia menyerahkan hak di tangan rakyat Timor Leste, hingga akhirnya memilih merdeka.

Invasi tersebut disebut-sebut sebagai kejahatan terburuk pada abad ke-20 oleh dunia jika dihitung dari persentasenya.

Sebuah catatan ditulis oleh Prof. Antonio Barbedo de Magelhaes, dari Universitas Oporto Portugal.

Baca Juga: Menggunakan Nama Samaran Bahasa Tetun yang Berarti 'Buaya' Ini, Beginilah Sepak Terjang Agusto Pinto yang Memperjuangkan Integrasi Timor Leste dengan Indonesia Saking Cintanya dengan NKRI

Tulisan berjudul "East Timor: A People Shattered By Lies and Silence", mengungkapkan detail kejahatan perang Indonesia di Timor Timur tersebut.

Beberapa penulis menyebutkan sejumlah dua ratus ribu orang tewas.

Sementara yang lain, dengan mempertimbangkan penurunan populasi yang tercatat dalam empat tahun pertama pendudukan.

Jumlahnya mengacu pada dua ratus lima puluh ribu orang tewas di Timor Timur.

Baca Juga: Merasa Bertanggung Jawab Atas Kekejaman Indonesia di Timor Leste, Terkuak Ini Percakapan Jenderal Militer AS ke Indonesia Menjelang Kemerdekaan Timor Leste

Namun, mereka lupa bahwa statistik demografis menunjukkan peningkatan populasi 2,2% per tahun, pada awal tahun tujuh puluhan.

Gabriel Defert, yang menghitung jumlah tersebut, adalah spesialis yang paling berhasil mempelajari beberapa data statistik yang tersedia baik dari otoritas Portugis dan Indonesia maupun dari statistik Gereja Katolik.

Dia menyimpulkan dalam bukunya "Timor Est le Genocide Oublié"  bahwa tingkat pertumbuhan alami dapat dikurangi setengahnya selama enam tahun pertama pendudukan.

Antara Desember 1975 dan Desember 1981, rata-rata 308.000 Orang Timor akan kehilangan nyawa mereka.

Ini mewakili 44% dari populasi (696.000 jiwa) di wilayah tersebut sebelum invasi.

Profesor Indonesia George Aditjondro, dari Universitas Salatiga, di pulau Jawa, berdasarkan data Angkatan Darat Indonesia, menyimpulkan, seperti Gabriel Defert, bahwa tiga ratus ribu orang Timor "menghilang" pada tahun-tahun pertama setelah invasi.

Baca Juga: Pantas Pekerjaan Berat di Australia Ini Laris-manis Diserbu Orang Timor Leste, Ternyata Begini Kondisi Memprihatinkan Lapangan Kerja di Bekas Wilayah Indonesia Ini

Antara tahun 1983 dan 1995 beberapa ribu orang Timor telah tewas, oleh karena itu jumlah korban tewas secara alami akan melampaui angka 308.000 orang tewas.

Namun dengan perbandingan total jumlah populasi pada awal konflik di sebanyak 696.000.

Bahkan Holocaust Nazi, kejahatan perang terhadap orang-orang Yahudi antara tahun 1939 dan 1945, tidak berhasil mencapai persentase orang yang begitu tinggi.

Lima juta orang Yahudi yang dibunuh di bawah Nazisme, menurut profesor Cecil Roth, dari Universitas Bar-Ilan, di Israel, dengan sepertiga (33%) dari total jumlah orang Yahudi di dunia.

Persentasenya berada di bawah pembantaian yang dilakukan Indonesia di Timor Timur, yang mencapai 44%.

Ini mengejutkan, bagaimana genosida dari dimensi seperti itu bisa berlalu tanpa disadari oleh dunia.

Baca Juga: Bak Sedang Ketiban Rezeki Nomplok, Dulu Sempat Dirumorkan Terancam Bangkut, Ladang Minyak Timor Leste Mendadak Malah Datangkan Uang Triliunan Gara-gara Hal Ini

Memang pembantaian di Timor Timur adalah jumlahnya kecil dibandingkan dengan kejahatan perang lainnya, namun presentasenya lebih besar dari lainnnya.

Gambar terlampir memungkinkan perbandingannya dengan perang lain, baik secara absolut maupun relatif,  pada skala penduduk Timor Leste, jauh melampaui persentase kematian dalam perang Vietnam, Biafra , Bosnia, Polandia (negara paling remuk dalam Perang Dunia Kedua) atau bahkan Kamboja di bawah rezim Khmer Merah dari Pol Pot.