Find Us On Social Media :

Diberondong Peluru Habis-habisan, 'Diusir' Jepang dari Timor Leste, Kisah Korban Selamat Kapal Australia yang Mengemban Misi Penyelamatan dalam 'Battle of Timor'

By Khaerunisa, Jumat, 5 November 2021 | 18:05 WIB

Baca Juga: Misteri Kisah Cinta yang Berakhir Tragedi, Dimanakah Sebenarnya Makam Cleopatra dan Mark Antony Berada, Benarkah Mereka Dimakamkan dalam Satu Tempat?

Kapal-kapal itu terlihat oleh pesawat pengintai Jepang saat mereka meninggalkan Darwin.

Dikisahkan, awalnya Armidale dan Castlemaine selamat dari serangan udara berulang pesawat Jepang, tetapi terlambat mencapai Betano untuk bertemu dengan Kuru yang telah mengambil pengungsi Portugis dan menuju perairan terbuka.

Ketika kedua korvet tersebut menemukan Kuru, 110 kilometer dari Timor, para pengungsi dipindahkan ke Castlemaine, yang kembali ke Darwin.

Sementara itu, Kuru dan Armidale diperintahkan untuk melanjutkan operasi di siang hari, tetapi keduanya mendapatkans serangan lanjutan.

Baca Juga: Disebut-sebut sebagai Patung Firaun Terbesar di Dunia, Patung Ini Bukan Ditemukan di Mesir Justru Berada di Sudan

Dalam serangan itulah Armidale berhasil ditenggelamkan oleh pasukan Jepang.

Sebagai korban terakhir, Leonard mampu menggambarkan jam-jam terakhir kapal secara akurat dan jelas.

Dia baru-baru ini menceritakan bagaimana mereka terlihat oleh pesawat pengintai sehari sebelum serangan dan bagaimana perasaan ketakutan di antara para kru.

“Pesawat-pesawat tempur menembakkan senapan mesin dan pembom torpedo berbaris. Kemudian, yang tak terhindarkan, saat kapal terangkat sedikit keluar dari air," kata Leonard yang berusia 90-an.

Baca Juga: Cukup dengan Modal Koran Bekas untuk Atasi Bau Tak Sedap pada Kulkas, Begini Caranya

Tanpa tanda-tanda penyelamatan, para penyintas membangun rakit untuk berpegangan dan selama beberapa hari berikutnya menggunakannya sebagai dermaga untuk memperbaiki perahu yang penuh peluru dan setengah tenggelam.

Leonard adalah salah satu dari 29 pria yang dipilih untuk mendayung kapal berjuluk 'pemburu paus' itu menuju Darwin, sementara yang lain tetap berada di rakit.

Dia menceritakan kesunyian yang luar biasa dan kesedihan mendalam dari perpisahan mereka.

Hanya ada sedikit makanan dan air yang berbahaya bagi 'pemburu paus'. Setiap hari berlalu, orang-orang yang bertahan pun semakin menderita kelaparan dan kehausan, juga mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan fisik dan mental.