Ini Dia Moyang Manusia Modern, Bukan Homo Sapiens, Ternyata Malah Justru Homo Bodoensis, Apa Bedanya?

May N

Penulis

Homo bodoensis, nenek moyang langsung manusia modern yang hidup di Afrika selama Pleistosen tengah.

Intisari - Online.com -Fosil manusia yang ditemukan pada 1976 oleh ilmuwan ternyata hidup 600 ribu tahun lalu dan merupakan spesies manusia baru serta nenek moyang langsung manusia modern.

Fosil manusia ini ditemukan di Bodo D'ar, Ethiopia, dan dinamai sebagai Homo bodoensis.

Makhluk yang hidup di Afrika menjadi kunci menjelaskan bagaimana garis keturunan manusia bermigrasi dan berinteraksi di seluruh dunia.

Selama ini, Homo sapiens menjadi garis keturunan manusia yang masih hidup, spesies manusia lainnya juga ada, contohnya Homo floresiensis yang sudah punah, yaitu manusia 'hobbit' di Flores dengan tubuh yang pendek.

Baca Juga: Sering Jadi Pertanyaan Berapa Lama Peradaban Mesir Kuno Berdiri, dan Ada Berapa Banyak Firaun Berkuasa di Era Mesir Kuno? Ternyata Begini 'Garis Waktu' Mesir Kuno (I)

Untuk diketahui, mengidentifikasi dan memutuskan apakah satu fosil manusia purba merupakan spesies yang sudah diketahui atau spesies lain kerap menjadi masalah yang sering jadi perdebatan.

Misalnya, beberapa peneliti berpendapat bahwa perbedaan kerangka antara manusia modern dan Neanderthal menunjukkan keduanya spesies yang berbeda.

Namun, ilmuwan lain berpendapat bahwa karena ada banyak bukti genetik yang menyatakan manusia modern dan Neanderthal pernah kawin silang dan memiliki keturunan yang subur dan layak, Neanderthal tidak boleh dianggap sebagai spesies tunggal atau spesies berbeda dari manusia modern.

Dalam studi terbaru yang terbit secara online di jurnal Evolutionary Anthropology: Issues News, and Reviews, pada Kamis (28/10/2021), para peneliti menganalisis fosil manusia yang berasal dari sekitar 774.000 hingga 129.000 tahun yang lalu, atau berasal dari periode Chibanian (dulu dikenal sebagai periode Pleistosen Tengah).

Baca Juga: Tulang Belulang Ini Ditemukan di Gua Sulawesi, Temuan Selanjutnya Tunjukkan DNA Manusia Kuno yang Konon Jadi Kelompok Manusia yang Bermigrasi dari Tempat Ini

Studi sebelumnya menyarankan manusia modern muncul selama ini di Afrika, sementara Neanderthal muncul di Eurasia.

Namun, banyak hal tentang bab kunci dalam evolusi manusia ini masih kurang dipahami.

Fosil manusia era Chibania dari Afrika dan Eurasia sering dikaitkan dengan salah satu dari dua spesies: Homo heidelbergensis atau Homo rhodesiensis.

Namun, kedua spesies itu punya banyak perbedaan karakteristik kerangka.

Baca Juga: Selama Ini Jadi Misteri, Arkeolog Israel Kini Ungkap Alasan Mengapa Manusia Purba Membuat Lukisan di Gua yang Gelap Gulita, Siapa yang Akan Melihatnya?

Untuk membantu mengatasi semua kebingungan ini, para peneliti sekarang mengusulkan keberadaan spesies baru, H. bodoensis.

Fosil tengkorak H. bodoensis yang ditemukan di Bodo D'ar, Ethiopia, pada tahun 1976 berusia 600.000 tahun.

Selain itu, H. bodoensis mencakup banyak fosil yang sebelumnya diidentifikasi sebagai H. heidelbergensis atau H. rhodesiensis.

Para peneliti menyarankan bahwa H. bodoensis adalah nenek moyang langsung dari H. sapiens, bersama-sama membentuk cabang yang berbeda dari pohon keluarga manusia Neanderthal dan Denisovans yang misterius.

Baca Juga: Ditemukan di Indonesia, Inilah Lukisan Gua Tertua di Dunia, 'Sudah Sejak 45.500 Tahun yang Lalu Manusia Mulai Hidup Menetap'

"Memberi nama baru untuk suatu spesies selalu kontroversial," kata rekan penulis studi Mirjana Roksandic, ahli paleoantropologi di University of Winnipeg di Kanada, kepada Live Science.

"Namun, jika orang mulai menggunakannya, itu akan selalu bertahan."

Dalam klasifikasi baru ini, H. bodoensis akan mendeskripsikan sebagian besar fosil manusia Chibania dari Afrika dan Mediterania Timur.

Banyak fosil manusia Chibanian dari Eropa akan direklasifikasi sebagai Neanderthal.

Baca Juga: Ilmuwan Terkejut Temukan Kerangka Kuno yang Dipercaya Sebagai Makhluk Paling Tua di Bumi yang Pernah Hidup, Seperti Ini Wujudnya

"Kami tidak mengklaim menulis ulang evolusi manusia," kata Roksandic.

Sebaliknya, para peneliti berusaha mengatur variasi yang terlihat pada manusia purba dengan cara yang memungkinkan untuk mendiskusikan dari mana asalnya dan apa yang diwakilinya.

"Perbedaan itu dapat membantu kita memahami gerakan dan interaksi nenek moyang manusia."

Di masa depan, para peneliti ingin melihat apakah mereka dapat menemukan spesimen H. bodoensis di Eropa dari Chibanian, kata Roksandic.

Baca Juga: Misteri Berumur 2.000.000 Tahun dari Gua Israel Akhirnya Terpecahkan, Mengapa Manusia Purba Membuat Bola-bola Batu?

Para ilmuwan merinci temuan mereka secara online Kamis (28 Oktober) di jurnal Evolutionary Anthropology: Issues News, and Reviews.

Artikel Terkait