"Sebagai negara hutan hujan tropis terbesar, yang menjadi paru-paru Bumi, Indonesia telah memilih menjadi bagian dari solusi (krisis iklim)," ujar Jokowi dalam pertemuan PBB Konferensi Perubahan Iklim (COP21) di Paris, Perancis, 30 November 2015, tujuh bulan setelah ia meluncurkan program listrik 35 GW.
Ambisi Jokowi disinyalir ekuatorial.com menjadi dasar kebijakan energi nasional jangka panjang pemerintah.
Tahun 2017, Indonesia memperkenalkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), yang menjadi kebutuhan energi negara sampai 2050.
Proyeksi RUEN berdasarkan pada beberapa asumsi kunci mengenai pertumbuhan ekonomi, peningkatan populasi, potensi energi terbarukan, dan memproyeksi konsumsi listrik.
Hal ini memperkirakan jika kapasitas pembangkit listrik baru dan terbarukan Indonesia akan meloncat dari 8.6 GW tahun 2015 menuju 45.2 GW tahun 20125 dan 69.7 GW tahun 2030.
Antara 2015 dan 2019, pertumbuhan ekonomi Indonesia kira-kira 5,03%, jauh dari 7% yang diproyeksikan, sementara konsumsi listrik tahunan per kapita tumbuh 4.3%, jauh di bawah estimasi awal 7.3%.
Akhir tahun 2019, kapasitas pembangkit listrik total yang dibangun Indonesia adalah 69.6 GW, termasuk 42.3 GW dari PLN.
Tahun yang sama, pasokan listrik nasional adalah 278.5 terawatt jam (TWh), dengan konsumsi listrik yaitu 289.3 TWh.